27. Kencan Pertama!?

44 14 77
                                    

🍃Happy Reading🍃

.
.

Hari ini seperti yang telah di rencanakan, Aksa menunggu Nayla tepat di depan gerbang asrama. Sesekali lelaki tampan itu merapikan rambut dan juga hodiie berwarna putih yang membuat penampilannya semakin menarik.

Aksa melirik ke arah jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kanan. Sudah lewat sepuluh menit dari waktu yang di sepakati. Rasa cemas mulai menghampiri. Takut jikalau Nayla tidak datang dan tidak mau keluar bersama dengan dirinya.

Baru saja Aksa mengeluarkan ponsel berniat menghubungi Nayla, gadis cantik itu sudah berjalan santai mendekat ke arah Aksa. Senyuman manis tanpa sadar Aksa suguhkan. Nayla terlihat sangat cantik hari ini. Hanya dengan baggy pants berwarna pastel dan juga kaos polos berwarna putih yang Nayla masukkan membuat kaki-kakinya semakin terlihat jenjang.

"Sebenarnya kita mau kemana sih? Yakin aku nggak boleh ngajakin temen-temen sekamar?" Aksa dengan cepat menggelengkan kepala. Bukan karena ia benar tidak mau mengajak teman-teman Nayla atau bahkan teman-temannya sendiri. Hari ini Aksa memang hanya ingin menghabiskan waktu berdua bersama dengan Nayla.

"Kan udah aku bilang waktu itu kalau kita pergi berdua tanpa temen-teman kamu. Kali ini ajah kok. Biasanya juga udah pergi bareng-bareng kan?" Nayla menerima penuturan Aksa.

"Ayo!" Aksa menarik pergelangan tangan Nayla perlahan. Meski merasa terkejut, Nayla tetap menerima apa yang baru saja Aksa perbuat. Hanya melirik sekilas ke arah tautan tangan Aksa pada tangannya.

"Ini mobil siapa?" Tanya Nayla ketika Aksa berhenti tepat di samping sebuah mobil mewah yang entah sejak kapan sudah terparkir tepat di depan asrama perempuan.

"Aku sengaja menyewa mobil ini agar kamu bisa nyaman jalan bareng aku." Nayla mengangguk tak terlalu peduli. Ia menerobos masuk ke dalam mobil sesuai dengan arahan Aksa. Setelah memastikan posisi Nayla sudah nyaman, Aksa kini beralih pada kursi kemudi. Menghidupkan mesin dan mulai melajukan mobil itu secara hati-hati.

"Bisa nyetir juga ternyata." Cibir Nayla tanpa menatap ke arah Aksa.

"Jangankan nyetir, dapatin hati kamu ajah aku bisa." Aksa tersenyum setelah mencoba melihat seperti apa reaksi Nayla. Sayang sekali gadis cantik itu hanya memasang ekspresi datar. Seolah tak termakan dengan perkataan manis yang Aksa berikan.

"Kamu nggak deg-deg an aku ngomong kayak gitu?" Nayla menoleh. Menatap bingung ke arah Aksa yang tengah fokus mengemudi.

"Deg-deg an." Singkat Nayla sukses membuat Aksa kegirangan. Kening Nayla mengernyit tatkala Aksa tak bisa berhenti untuk menampilkan senyumannya.

"Ya kalau aku nggak deg-deg an, itu berarti aku udah jadi mayat dong. Jantungku masih berfungsi dengan baik. Aneh-aneh ajah pertanyaan kamu." Seketika luntur senyuman Aksa. Ternyata pola pikir Nayla begitu sulit untuk di tebak.

"Padahal bukan gitu yang aku maksud. Yaudah lupain ajah." Aksa menghela napas kasar, sementara Nayla tetap terlihat acuh.

"Kamu punya SIM nggak?"

"SIM? Surat Ijin Mencintai kamu? Ya kalau itu bukannya aku harus ketemu orang tua kamu dulu buat minta restu." Nayla mencibir mendengar penuturan Aksa yang menggelikan di telinga.

"Kamu ngomong apaan sih? Mencintai mencintai. Geli aku dengernya. Aku tuh tanya serius. Kamu punya SIM nggak sampai berani bawa mobil gini?" Aksa menarik napas dalam dan menganggukkan kepala.

"Kamu tenang ajah deh. Pergi sama aku tuh nggak akan ada resiko. Aman, nyaman dan terkendali. Hari ini kalau misalnya ada yang kamu pengen, tinggal bilang ajah. Ini kencan pertama kita, jadi aku akan mengusahakan yang terbaik buat kamu." Mata Nayla berbinar mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari bibir Aksa.

College or ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang