36. Penyesalan di Balik Fakta

28 14 97
                                    

🍁 Happy Reading 🍁

.
.
.


Raja baru saja selesai dengan kelasnya, dan sudah tidak ada jadwal kuliah lagi yang menantinya. Usai membereskan buku dan beberapa barangnya yang lain, Raja keluar dari kelas setelah semua orang membubarkan diri. Baru saja keluar kelas, Raja melihat Ayi dari kelas sebelah dengan kepala tertunduk lesu

"Ayi!"

Merasa terpanggil, Ayi sontak mendongak dan melihat sekelilingnya. Tampak olehnya Raja melambaikan tangannya pada gadis itu. Dengan langkah cepat, Ayi segera menghampiri Raja yang ternyata baru saja memanggil dirinya.

"Hai, Raja," sapa Ayi sambil tersenyum.

"Hai. Kamu sendirian? Mana Azzam?"

Raut wajah Ayi seketika berubah sedih. "Aku nggak dibolehin sama ayah buat ketemu sama Ajam, untuk sementara," jawab Ayi.

"Kenapa?"

"Aku nggak bisa jelasin ke kamu, Raja. Yang jelas kita nggak boleh saling ketemu dimana pun."

"Di kampus juga?"

"Iya."

Raja mengangguk paham. "Begitu, ya."

"Memangnya kenapa? Kok tanya Ajam?" tanya Ayi sambil mendongakkan kepalanya, sebab tubuh kecilnya tidak setara dengan tubuh jangkung milik Raja.

"Nanya aja, sih. Soalnya kalian biasanya barengan dan nempel kayak perangko."

"Ih! Nggak gitu juga kali!"

"Oh? Itu Azzam," ucap Raja seraya menunjuk arah belakang Ayi.

Mengikuti arah tunjuk Raja, Ayi terbelalak melihat keberadaan Azzam yang bisa dibilang begitu dekat dengannya. Tak ingin lelaki itu melihatnya, Ayi segera bersembunyi di kelas yang tadinya ditempati Raja. Merasa aneh, Raja memutar badannya menatap Ayi bingung.

"Kenapa sembunyi?" tanya Raja heran.

"Tolong selamatkan aku, Raja. Kalau Ajam nyari aku, bilang aja aku udah pulang. Oke?"

"Tapi kan—"

"Bilang aja kenapa, sih!"

Raja mengerjap beberapa kali usai dibentak oleh Ayi. "Oke, aku bakal bilang."

Baru saja keduanya selesai berbicara, Azzam sudah berdiri di depan Raja dengan raut wajah serius. "Ja, mana Ayi?" tanyanya dengan napas tersengal-sengal.

"Kok ngos-ngosan gitu? Lu lari ke sini?"

Azzam mengangguk mengiyakan. "Mana Ayi? Tadi gua liat dia sama lu."

"Mana gua tau. Kita cuma ngobrol bentar aja tadi. Habis itu dia pergi."

"Pergi kemana?"

"Nggak tau. Dia bilang mau balik. Mungkin ke asrama kali."

"Oke ... gua mau nyusul dia dulu."

"Buat apa?"

"Ada yang mau gua omongin sama dia. Gua pergi dulu, ya."

College or ConfessOnde histórias criam vida. Descubra agora