43. Hutang Penjelasan

29 14 101
                                    

🍃Happy Reading🍃

.
.
.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Seharusnya ini sudah memasuki jam untuk beristirahat. Namun hal itu tidak berlaku untuk Nayla dan ketiga teman sekamarnya. Mereka tengah sibuk membujuk dan merayu Nayla agar tak benar-benar melancarkan aksinya untuk balapan motor.

“Nay, lo serius?” Suara Diva terdengar. Sedari tadi ia sibuk memperhatikan Nayla yang tengah bersiap-siap dengan celana pendek dan juga kaos oblong membalut tubuh rampingnya.

“Nayla jangan gila deh. Demi apa aku tuh nggak nyangka kamu bakalan balap motor kayak gini,” celetuk Ayi dengan mulut penuh makanan. Nayla tak ambil pusing dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Sesekali ia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban tanpa mengeluarkan suara.

“Cinta banget kamu sama Aksa? Sampai mau balapan kayak gini cuma buat menangin hati si Aksa.” Nayla segera menghentikan aktivitasnya kala mendengar sibiran Dhira.

“Ini bukan perkara aku cinta banget sama Aksa atau enggak. Aku nggak mau ajah ada yang remehin aku. Enak ajah!” tukas Nayla dengan nada kesal. Dhira mencoba untuk mendekati Nayla. Menatap tajam ke arah teman sekamarnya tersebut.

“Kamu sadar nggak sih kalau ini tuh bahaya banget? Kalau sampai terjadi sesuatu, siapa yang rugi? Kamu juga kan? Udah deh mending batalin ajah tantangan ini. Demi kebaikan kamu.” Dhira sebisa mungkin mencoba untuk meyakinkan Nayla.

“Bener tuh Nay. Lagian buat apa sih tantangan kayak gini? Kan udah jelas banget Aksa milih kamu. Tuh cewek lampir udah kalah telak dari kamu.” Giliran Ayi yang berbicara.

“Aku tuh cuma nggak suka ajah ada yang anggap aku remeh. Aku tahu Aksa emang udah jelas-jelas milih aku. Tapi tetep ajah aku nggak mau ngalah sama dia.” Dhira, Diva dan Ayi hanya bisa menggeleng mendapati Nayla yang begitu keras kepala.

“Lagi pula aku melakukan apa yang aku bisa. Kalau aku menuruti keinginan Maura untuk tanding kecantikan. Jelas aku pasti kalah. Siapa memangnya yang bakal vote aku? Paling cuma kalian bertiga.” Nayla berucap sembari melanjutkan persiapannya.

“Lo tuh cantik, bego! Kenapa mesti nggak percaya diri gitu? Kalau lo burik, mana mungkin Aksa bucin banget sama lo.” Ucapan Diva memang terdengar sedikit menyebalkan. Tapi tidak bisa dipungkiri jika yang ia katakan memanglah benar.

“Udah kalian tenang ajah deh. Aku pasti baik-baik ajah kok. Kalau kalian mau nonton, silakan. Tapi kalau enggak juga nggak masalah. Doakan saja supaya semuanya berjalan lancar.” Dhira, Diva dan Ayi saling bertukar pandang. Seolah tengah berbincang dalam diam.

“Kita ikut!” tegas mereka bertiga serempak.

“Yaudah ayo! Jangan protes mulu.”

Nayla dan ketiga teman sekamarnya berjalan santai keluar dari kamar. Koridor asrama sudah lumayan sepi mengingat ini juga semakin larut. Mereka berempat sempat memberikan salam pada penjaga asrama sebelum akhirnya benar-benar keluar dari kawasan asrama.

Di depan gerbang sudah ada Aksa, Yuda, Melvian dan juga Raja. Sepertinya Aksa juga sengaja mengajak teman sekamarnya guna menyaksikan aksi Nayla balapan motor.

“Nay, kamu serius?” tanya Aksa setelah Nayla sudah berdiri tepat di hadapannya. Melihat anggukkan yang diberikan oleh Nayla, helaan napas kasar terdengar dari hidung Aksa.

College or ConfessWhere stories live. Discover now