39. Balapan?!

34 13 95
                                    

🍃Happy Reading🍃

.
.
.

Cklek!

Aksa membeku di tempat saat menyadari ada yang aneh dari ruangan yang tengah ia pijak. Ruang tamu berukuran sangat luas itu terlihat sangat berbeda. Tak ada lagi meja dan kursi layaknya ruangan pada umumnya.

Sejauh mata memandang, yang ia temukan hanya rangkaian bunga mahal dan juga balon berbentuk hati menyebar memenuhi ruangan. Aksa yang kebingungan kini mencoba untuk semakin menerobos masuk. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sosok pemilik hunian mewah tersebut.

Langkah kaki Aksa berhenti tepat di sebuah meja berukuran sedang yang berada diujung. Tampak bunga mawar merah disertai berbagai makanan lezat tersuguh di atasnya.

“Surprise!” Aksa membalikkan tubuh dan menemukan Maura muncul dari balik ruangan lain. Aksa membatu dengan ekspresi wajah yang sulit untuk dijelaskan.

Maura tak bisa membaca situasi. Dengan bunga mawar di tangan, ia mendekati Aksa. “Maura milik Aksa sudah kembali,” tukasnya sembari menyerahkan bunga di tangannya pada Aksa.

“Apa maksud dari semua ini?” Suara Aksa terdengar berat. Napasnya memburu dengan rahang yang mengeras. Ditatapnya Maura begitu sinis dan menusuk. Hanya saja Maura tak mengambil pusing sikap Aksa.

“Apa kamu menyukainya? Aku sengaja membuat kejutan ini. Aku tahu kamu pasti suka bukan? Setelah sekian lama, perasaanku masih tidak berubah. Sama seperti yang kamu rasakan,” ujar Maura percaya diri.

“Aku merindukanmu, Aksa.” Maura menghambur memeluk tubuh jangkung Aksa. Rasa nyaman sontak menguasai dirinya.

“Akh!” Maura meringis kesakitan saat Aksa melepas paksa dan mendorongnya hingga terjungkal ke belakang. Aksa melangkah tegap hingga Maura kini tersudut didinding. Dengan gigi yang bergemeletuk, Aksa merampas setangkai bunga dari tangan Maura.

“Aksa ... .”

“Kamu bukan orang bodoh. Kamu pasti tahu apa artinya semua ini.” Aksa meremas bunga mawar yang berada di dalam genggaman tangannya. Tak ia pedulikan duri-duri kecil yang menusuk dan membuat darah mengalir dari telapak tangan.

“Sudah lama waktu berlalu. Jangan pernah menganggap apa yang terjadi dulu, akan sama dengan sekarang. Semua sudah berubah, Maura. Aku tekankan sekali lagi! Semua sudah jauh berubah.” Maura hanya terdiam. Bahkan ketika Aksa melempar bunga yang sudah tak berbentuk itu tepat di samping tubuhnya.

“Tapi perasaanku masih tetap sama, Aksa. Oke aku tahu dulu memang aku terlalu egois. Aku telah membuatmu terluka. Aku minta maaf untuk semua itu, Aksa.” Aksa tersenyum remeh.

“Aku sudah memaafkanmu sejak lama. Tapi bukan berarti perasaanku padamu masih tetap sama. Di dalam kehidupanku bukan hanya ada dirimu. Jangan pikir Aksa yang dulu lugu, sekarang masih tetap lugu. Enggak, Maura.” Maura bergidik. Selama ini ia tak pernah melihat Aksa seperti ini.

“Apa kamu tahu? Gara-gara kebohonganmu tadi, aku jadi meninggalkan Nayla. Aku sudah membuatnya kecewa. Kalau tahu bakal seperti ini, aku jelas nggak akan pernah datang menemuimu di sini,” ujar Aksa penuh penekanan.

“Nayla? Kamu tuh buta atau bagaimana? Kamu pilih cewek kayak dia ketimbang aku? Aksa please ... jangan bercanda. Kamu pasti cuma mau ngerjain aku kan?” Aksa terkekeh.

College or ConfessWhere stories live. Discover now