49. Tentang Yuda

27 10 65
                                    

Happy Reading ✨





Memberi makan cacing yang sedang kelaparan itu memang sebuah keharusan, agar mereka diam tidak bersuara.

Tring!

Sebuah notifikasi pesan masuk membuat sang pemilik ponsel mengalihkan matanya.

"Gue bentar lagi pergi ya," ucap Diva setelah membaca pesan tadi.

"Mau kemana? Sama siapa? Pulang jam berapa? Pulangnya sama siapa?" Berbagai pertanyaan Ayi lontarkan.

"Aduh bocil bawel deh, udah kaya emak-emak rempong." Diva menghabiskan makanannya yang tinggal sedikit lagi.

"Kamu tuh kalo pergi suka gak bilang! Apalagi kalo gak pulang terus gak ada kabar kan bikin khawatir tau gak!" Cerocos Ayi sebelum memasukan makanan ke mulutnya.

"Utututu bocil gue khawatir nih ceritanya." Diva menguyel uyel pipi Ayi yang penuh dengan makanan.

"Mau kemana kali ini?" tanya Dhira yang sedari tadi hanya menonton.

Diva menoleh pada Dhira. "Gak kemana mana ko, cuman jalan doang." Diva kembali melihat ponselnya yang berbunyi.

"Halah jalan doang apaan, pasti nanti ujung-ujungnya gak balik, malah nemplok di-" ucapan Nayla terpotong.

"Nay, mulut lu, Nay," potong Diva.

"Nemplok dimana? Emangnya Diva cicak apa bisa nemplok segala?" Raut wajah polos terpampang nyata di wajah Ayi.

"Dia emang bukan cicak tapi suka ada cicak yang nemplok sama dia." Bukannya marah Diva malah tertawa sampai terbahak-bahak karena tau arti dari ucapan Nayla.

"Ihh iyakah? Mana? Sebelah mana?" Ayi melihat lihat tubuh Diva.

"Udah Ayi gak usah dengerin mereka, mereka cuma bercanda." Dhira menahan tawanya saat melihat Ayi yang sedang kebingungan.

"Ini serius ya Yi, kalo ada om-om yang kasih permen, lo jangan mau." Diva masih tertawa.

"Kenapa? Kan gratis, kan gak boleh nolak rejeki." Ketiga temannya langsung geleng-geleng kepala mendengar jawaban Ayi.

"Capek banget gue ngadepin kepolosan ni bocil, ati-ati lu ntar diterkam sama si azam jangan mau-mau aja lo!" Peringat Diva.

"Diterkam?" Ayi semakin bingung.

"Iya diterkam, kalo dia nyosor lo geplak aja kepalanya." Tambah Nayla.

"Nyosor?" Ayi masih bingung.

"Buset dah cil, kalo dia tiba-tiba cium lo terus grepe lo, lo jangan diem aja. Lo langsung tempeleng aja kepalanya." Kesal Diva karena Ayi masih tidak mengerti.

"Kalo cium sih pernah, tapi kalo grepe itu apa?" Jawab Ayi.

"Oh kalo cium pernah." Santai Diva.


Satu detik.



Dua detik.



Tiga detik.






"HAH!!" Diva, Nayla dan Dhira baru bisa mencerna dengan baik perkataan Ayi.

"KAPAN?!" Kaget Diva.

"DI CIUM DIMANA?!" Nayla ikut menaikkan nada suaranya.

"B-bukan di bibir kan?" tanya Dhira hati hati.

"Emang kenapa kalo di bibir?" Ayi mengerutkan keningnya.

Ketiga temannya kembali memasang wajah kaget.

"Bocil gue udah ternodai." Diva yang memang duduk di samping Ayi memudahkan nya untuk memeluk Ayi.

College or ConfessWo Geschichten leben. Entdecke jetzt