47. Cobaan Apa Lagi Ini, Tuhan?

28 13 70
                                    

🍃Happy Reading🍃

.
.
.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh tepat. Nayla bersiap untuk pergi ke kampus. Beberapa buku juga sudah ia masukkan ke dalam tas. Setelah melihat pantulan diri di dalam cermin, Nayla membalikkan tubuh. Menatap Dhira dan juga Diva yang masih telentang di atas ranjang.

“Kalian nggak ada jadwal?” Diva hanya mengacungkan ibu jari tanpa bersuara. Sementara Dhira justru melirik ke arah jam kecil yang bertengger di atas nakas.

“Aku berangkat agak siang, Nay. Kamu ada kelas sekarang?” Nayla justru mengulum senyuman manis tak berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Dhira.

“Pasti mau pacaran dulu itu,” celetuk Diva seolah mengerti akan senyuman Nayla. Hal itu sukses membuat gadis cantik itu sedikit merengut kesal.

“Siapa yang mau pacaran? Aku memang ada kelas kok, tapi nanti jam sebelas. Sekarang aku cuma mau ke perpustakaan. Mencoba untuk mencari inspirasi,” jelas Nayla berhasil membuat kedua teman sekamarnya terbahak-bahak.

“Seorang Nayla ke perpustakaan? Bumi bisa gonjang-ganjing,” ungkap Diva disela tawa puasnya. Dhira menggigit bibir bawah berusaha untuk menahan kikikan geli yang menggelitik.

“Ish! Kalian kenapa sih? Kalau nggak percaya, ya terserah.” Nayla mengindik acuh. Sudah biasa teman-teman sekamarnya bersikap seperti ini.

“Lagi pula yang pacaran kan kamu, Div. Semalaman penuh loh. Segala pakai elus-elus lagi. Boleh nih dicontoh,” gamblang Nayla. Dhira yang mendengarnya segera memberikan tatapan mematikan sampai Nayla sedikit bergidik ngeri.

“Nggak usah macam-macam, Nay. Awas ajah kalau kamu sampai aneh-aneh sama Aksa. Bisa-bisa si Aksa dikebiri tuh sama Ayi.” Nayla semakin bergidik.

“Serem amat tuh bocil satu. Udah deh, aku berangkat duluan,” pamit Nayla.

“Oke, hati-hati kamu,” peringat Dhira.

Nayla sempat melambaikan tangan pada kedua teman sekamarnya sebelum akhirnya benar-benar pergi. Ia melangkah santai melewati koridor asrama. Sesekali mulutnya bersenandung dengan kepala yang bergerak teratur ke kiri dan kanan.

“Halo, Nay.” Langkah riang Nayla terhenti. Detik itu juga ekspresi wajahnya berubah total. Bahkan senyuman lebar memudar dan akhirnya menghilang begitu saja.

“Mau ngapain lagi sih? Minggir! Aku ada kelas sekarang.” Usaha Nayla untuk menghindar ternyata gagal. Sosok lelaki yang menghadang Nayla adalah Janu. Tak ingin membiarkan Nayla pergi, Janu menahan lengan Nayla cukup erat.

“Lepas in! Mau apa sih? Bisa minggir nggak?” Janu menggeleng.

“Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, Nay. Dengarkan aku sebentar saja. Ini mengenai balapan motor tempo hari lalu. Aku masih nggak nyangkah kamu mau naik motor dan balapan lagi. Aku pikir setelah kejadian di waktu itu ... kamu sudah benar-benar berhenti.” Nayla memejamkan kedua matanya sesaat.

“Bukan urusanmu!” ketus Nayla.

“Tapi aku menyimpan rekaman balapan kita tempo hari lalu. Maaf Nay ... aku melakukan ini karena aku ingin kamu bisa kembali padaku.” Kening Nayla mengerut.

College or ConfessWhere stories live. Discover now