10. Punya Ajam Katanya

31 15 103
                                    

🍄Happy Reading🍄

.
.
.

Dikamar asrama Ayi tengah sibuk celingak-celinguk mencari sesuatu. Mukanya sedikit mengkerut dengan langkah kaki yang tergesa-gesa. Berapa kali menggaruk kepala seakan hal itu bisa membuatnya kembali mengingat.

"Arrgh! Dimana!? Kamu buku putih dimanaa!?"

Dengan grusarnya Ayi membongkar tatanan buku tempat miliknya tersimpan. Diambil sekaligus dan terduduk dilantai. Menyingkirkan segala jenis buku yang tertera di depannya sampai buku yang dia maksud dia temukan.

Tadi waktu sebelum dosen dikabarkan tidak jadi masuk namun tugas harus dikumpulkan, Ayi lebih dulu yang bersorak mengatakan kalau dia sudah selesai. Tapi lepas mengecek isi tasnya, buku yang berisikan tuganya itu tidak menunjukkan diri. Membuatnya panik dan seketika meminta izin pada sang ketua tingkat untuk berlalu pulang.

Dan disinilah anak kecil ini berada. Sendiri di dalam kamar asrama mana bagian barang pribadi milik dia terlihat sangat berantakan.

"Sialan banget. Nomor orang malah dimalingin."

"Dimana woi?!"

"Anjir! Apa, nih? Dimana apa? Gue baru datang."

Diva yang memunculkan diri disana lantas dikejutkan dengan seruan Ayi yang begitu lantang. Wajah anak itu penuh akan frustasi yang membuat kedua alis Diva mengkerut.

"Kenapa lo? Masam begitu mukanya," tanya Diva. Gadis itu sudah melangkah mendekati ranjang miliknya. Mau rebahan katanya habis pukul orang dikira maling. Memang maling beneran juga akhirnya.

"Buku aku hilang," jawab Ayi. Wajahnya sudah berganti menjadi tertekuk.

"Hilang? Buku apa yang hilang? Buku lo, kan, ada banyak. Periksa baik-baik coba. Ini gue ngantuk mau tidur," Diva yang sudah mengambil posisi berbaring diatas kasur.

"Ih! Diva bantuin carinya!!" sayangnya malah ditarik Ayi untuk kembali bangun.

"Cari sendiri lah! Gue ngantuk!"

"Bantuin biar cepat ketemu!"

"Bacot lo bocil. Gue ngantuk pokoknya, sudah," kembali mengambil posisi baring namun tertunda lagi.

"Divaa!!"

"Heh! Heh! Heh! Jangan teriak!"

Bibir Ayi mengerucut, "Makanya bantuin."

"Ck! Yaudah, iya. Nyusahin banget etdah. Buku yang kayak gimana?" dengan perasaan setengah ikhlas Diva bangun dari kasurnya.

"Warnanya putih, depannya ada gambar macan-macan kecil," jawab Ayi.

Kini kedua anak gadis itu  menyibukkan diri mencari sosok buku yang dipinta Ayi. Diva masih dengan perasaan setengah-setengahnya, nampak ogah-ogah memilah berbagai buku yang tertata dari tiap rak yang ada. Terlebihnya di rak buku milik Dhira. Saking banyaknya dia yang jadi pusing sendiri.

"Ini buku sebanyak gini emang dibaca? Kok pada rajin-rajin semua," menolog Diva.

"Sudah ketemu belum?" sahut Ayi.

College or ConfessWhere stories live. Discover now