13. Peredam Emosi

22 14 55
                                    

✨Happy Reading✨

.
.
.

Setelah melalui hari yang cukup melelahkan karena kegiatan di kampus yang cukup menguras tenaga, akhirnya keempat gadis itu bisa beristirahat sekarang.

"Dhir lo bener gapapa kan?" Tanya Diva, semuanya sudah berbaring di kasur masing-masing.

"Aku gapapa ko Diva, tenang aja." Jawab Dhira.

"Ya tapi tetep aja gue kesal tau gak, apa apaan coba tu cewek maen siram orang aja dikira lo itu tanaman kali ya, mana pake baju kurang bahan gitu awas aja kalo nanti ketemu lagi, gue gak bakal segan buat nonjok tu cewek!" Kesal Diva.

"Udah gausah di perpanjang gitu." Dhira merasa tak enak.

"Gak bisa gitu dong, itu cewek udah keterlaluan tau gak! Setuju banget apa kata si Diva. Nanti kalo ketemu dia lagi kita lempar bareng-bareng ke jurang." Nayla ikut masuk kedalam pembahasan.

"Kak Arun sudah tau belum?" Ayi pun ikut bersuara.

Dhira diam tidak menjawab. "Bang Arun belum tau ya?" Tanya Diva karena melihat Dhira terdiam.

Dhira mengangguk sebagai jawaban. "Tapi meskipun lo gak ngasih tau bang Arun, dia bakalan tetep tau. Secara di kantin kan banyak orang apalagi ada si bekantan Yuda cees dia, belum lagi lambe orang-orang yang nyerocos sana sini." Ucapan Diva diangguki ketiga temannya, memang benar apa yang terjadi di kampus pasti akan cepat tersebar melalui gosip-gosip.

"Aku ngantuk." Ucap Ayi diakhiri dengan menguap.

"Yaudah tidur cil, gak baik anak kecil tidur malem-malem."

"DIVAA!" Teriak Ayi, karena Diva selalu saja mengejeknya. Kadang Ayi berfikir bahwa Diva itu tidak menyukainya, sangat berbeda dengan Dhira dan Nayla.

"Udah-udah sekarang kita tidur biar besok gak kesiangan, apalagi lo Div! Jangan maen game terus biar besok pagi gak susah dibangunin!" Nayla menegur Diva, karena Diva memang susah dibangunkan.

"Yaudah sih tidur nih." Diva menyimpan ponselnya lalu menarik selimut hingga dadanya.

Ayi yang melihat itu pun berucap. "Percuma ditarik sampai segitu, toh nanti juga berserakan dilantai."

Bugh!

Diva melempar bantal kecil pada Ayi. "AAAA DIVA!" Ayi tadinya akan menghampiri Diva, namun tidak jadi karena mendengar ucapan Dhira.

"Udah ya jangan ribut, bisa kan tenang biar bisa istirahat juga." Tegur Dhira. Ketiganya pun langsung menurut, tidak ada lagi yang bersuara. Karena teguran dari Dhira lah yang mampu membuat ketiganya diam, ditambah raut wajah serius dari Dhira.

✨✨✨

Setelah melewati pagi yang cukup heboh, siapa lagi yang membuatnya heboh kalau bukan Ayi dan Diva. Bahkan sampai saat ini Diva masih saja menjahili Ayi, keempatnya sedang berjalan menuju kampus dengan formasi seperti biasa.

"Anak kecil ngapain disini? Sekolah SD jalannya bukan kesini." Ucap Diva yang sudah dipastikan dapat membuat Ayi kesal dan marah.

"Aww.." pekik Ayi saat bahunya ditabrak kasar, karena posisinya dia memang paling pinggir.

"Kalo jalan liat-liat dong!" Kesal Diva.

"Gue gak sengaja." Ucap salah satu perempuan yang menabrak Ayi, lalu pergi begitu saja membuat amarah Diva memuncak.

Bugh!

Diva melempar tas nya pada perempuan itu dan kedua perempuan tadi pun menoleh. "Gue juga gak sengaja." Santai Diva.

College or ConfessWhere stories live. Discover now