Panik

857 181 7
                                    

Sejauh ini acara pentas seni berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa hal yang mungkin tidak sesuai namun tetap tidak memengaruhi keseluruhan acara. Semua panitia maupun pengunjung nampak bahagia, apalagi setelah menyaksikan satu demi satu penampilan dari guest stars dan beberapa anak INESH yang berkontribusi mengisi acara. Ada banyak sekali macam-macam penampilan yang di tampilkan oleh anak-anak INESH yang tentunya sangat di apresiasi oleh semua pengunjung dan pastinya warga sekolah. Terlebih lagi banyak yang menantikan penampilan band yang digadang-gadang sebagai best performance anak INESH karena anggotanya terdiri dari murid-murid yang ahli di bidangnya dan tentu saja tampan.

Jihan sendiri sedari tadi nampak tidak sabar melihat penampilan dari band yang dibentuk oleh pak Rian, tersebut, selain karena mendukung teman-temannya, Jihan juga sangat menanti penampilan Attaya di atas panggung nantinya. Entah mengapa setelah kepanitiaan pentas seni ini mereka menjadi sangat dekat.

"Yaelah, biasa aja kali. Senyum mulu kayak orang gila," ledek Jena yang tengah menemani Jihan di backstage.

Jihan terkekeh. "Gue gak sabar liat kak Attaya, aduh gak siap ini hati gue lemah."

Jena mendelik. "Dih, udah beneran beralih lo ke kak Attaya?"

"Aduh gimana ya, abisnya doi ngebaperin mulu. Walaupun beda divisi, tapi dia selalu bantuin gue terus."

"Padahal ada Bobby jadi drummer, lo bukanya tiap hari dibantuin dia ya?"

"Beda anjir, mana baper gue sama buaya darat macem Bobby. Gak level."

"Halah. Kayak gak tau aja sebuaya apa kak Attaya."

"Sut!" Jari telunjuk Jihan terulur menurup mulut Jena. "Diem ah kampret, nyinyir mulu lo kayak Dirga."

"Apanih Dirga Dirga, lo jadian sama Dirga?"

Sontak mereka berdua menoleh ke belakang dan mendapati Rosi dan Lyra yang tengah tersenyum menghampiri Jihan dan Jena.

"Dih, gue? Jadian sama Dirga? No way! Bisa gila nanti gue kalau pacaran sama dia, nanti yang ada adu bacot mulu."

Rosi, Lily, dan Jena tertawa mendengar jawaban Jihan. Memang benar sih, meskipun Dirga menyukai Jihan namun untuk soal perdebatan laki-laki itu tidak akan mau mengalah, satu-satunya yang dapat membuat Dirga diam adalah mamahnya sendiri.

"Dari mana aja lo, Ci? Kok baru keliatan?" tanya Jena.

"Gue tadi ketiduran di sekre terus abis itu bantuin Lily ngurus konsumsi," jawab Rosi.

Jena mengangguk paham lalu tangannya terulur merangkul bahu Rosi. "Lo kenapa gak istirahat aja? Kan kasian lo sebulan ini ngurus sponsor."

"Lo juga kenapa gak istirahat? Jobdesk lo paling cape gue liat-liat." Bukannya Rosi, Lily justru yang menjawab pertanyaan Jena.

"Betul, khawatirin diri lo aja kali. Apalagi lo kalau kecapean langsung sakit biasanya," timpal Rosi.

"Oke-oke, calm down guys, I'm fine, kalau gue cape nanti gue istirahat kok."

Rosi mengangguk paham. "Eh, si Bobby kapan manggung, Ji?"

"Abis ini, tuh mereka udah pada di pinggir stage."

"Nonton di depan yuk!" ajak Rosi.

"Males ah, gue disini aja," kata Jena.

Rosi menggeleng lalu menyeret Jena ke depan stage, yang kemudian diikuti oleh Lyra dan Jihan.

Jena bukan tidak mau menonton penampilan Taka, hanya saja dia tidak mau mendengar Taka bernyanyi di depan banyak orang. Rasanya Jena tidak ikhlas karena sejujurnya dalam hati kecil gadis itu, Jena ingin sekali dekat kembali dengan Taka, namun dirinya tidak tau harus berbuat apa.

E T H E R E A L  ✅Where stories live. Discover now