Tawaran

1.5K 331 20
                                    

Setelah rapat yang memakan banyak waktu, akhirnya Jena bisa menghirup udara segar. Meskipun dirinya dikategorikan sebagai murid teladan, tetap saja siapa yang tahan kalau duduk berjam-jam pada saat rapat. Apalagi tadi Jena sempat kesal karena dirinya ditunjuk sebagai Seksi Acara untuk event mendatang, beruntung dirinya bisa menolak dengan alasan sibuk belajar untuk olimpiade nanti.

"Eh, mau beli bakso dulu gak di depan?" tanya Jihan.

Saat ini Jena bersama tiga sahabatnya sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Karena ini sudah pukul lima sore, keadaan sekolah tidak ramai seperti biasanya.

"Ayo, gue udah laper banget," jawab Jena.

"Gue mau beli soto aja, pengen nasi," timpal Rosi.

"Lo mau beli apa, Ra?"

Sejenak Lyra berpikir. "Gatau, gue gak laper," jawabnya.

Jihan mengangguk. "Yaudah, lo temenin Rosi beli soto. Gue sama Jena beli bakso, nanti makannya di kelas."

Mereka semua mengangguk mendengar intruksi Jihan. Lyra dan Rosi segera melesat menuju penjual soto yang ada di sebrang sekolah mereka, sementara Jihan dan Jena menuju penjual bakso yang ada di pinggir sekolah.

Bisa dibilang ini adalah rutinitas mereka sepulang sekolah, bukannya langsung pulang kerumah mereka justru jajan terlebih dahulu dan setelah itu menggabut di kelas. Kalau tidak ada acara, mereka bahkan bisa meninggalkan kelas pada saat hari sudah gelap, sampai pak satpam pun hafal dengan nama dan wajah mereka. Kalau kata Jihan kelas mereka itu adalah tempat paling PW setelah ruang OSIS.

"WOY JENA!"

Merasa ada yang memanggil namanya, Jena menoleh ke kanan dan kiri kemudian menemukan Dirga yang berlari ke arahnya.

"Jen, lo bawa motor kan?" tanya Dirga.

Jena mengangguk.

"Nebeng dong, Jen. Kakak gue gak bisa jemput."

"Lo udah gede kenapa gak pulang sendiri sih?" cibir Jihan.

"Yeu kalau ada yang gratis, kenapa harus ngeluarin duit," kata Dirga.

"Yaudah lo duluan aja ke kelas gue."

Dirga mengangguk lalu melangkah menuju kelas 11 IPA 2.

Setelah puas makan dan mengobrol, mereka akhirnya bersiap untuk pulang. Jihan sedang merapihkan tasnya, Rosi dan Lyra merapihkan bangku yang mereka pakai, dan Jena sedang bingung mencari kunci motornya yang entah berada di mana.

"Jen, coba lo cari di tas, paling keselip," kata Dirga.

"Gak ada anjir! Duh, dimana ya. Apa ketinggalan di ruang OSIS?"

"Lo sih, ceroboh mulu."

"Coba tanya yang di ruang OSIS, siapa tau ada disana," kata Jihan.

Jena mengangguk lalu membuka roomchat grup OSIS dan bertanya pada mereka, setelah beberapa menit katanya mereka tidak menemukan kunci motor Jena di ruang OSIS.

"Ada?" tanya Lyra.

Jena menggeleng lalu mendudukan diri, mencoba berpikir keras dimana kunci motornya berada. Namun setelah beberapa detik ia teringat satu hal dan meringis.

"Ga, maaf ya," katanya.

"Lah? Kenapa lo minta maaf, sans aja Jen. Gue bantuin cari deh."

Gadis itu menggeleng lalu tertawa. "Ga, gue sebenernya lupa kalau hari ini gue gak bawa motor."

"Hah?"

Keempat orang itu menganga mendengar pengakuan Jena.

"SIALAN JENA! Gue udah nungguin lo dari tadi ya anjir!"

"Hehe."

"PUCAK KOMEDI!" seru Jihan.

Sementara itu Lyra dan Rosi hanya bisa tertawa melihat kelakuan Jena.

"Yaudah lah, gue naik ojol aja. Bye!" kata Dirga lalu pergi dengan wajah yang kesal.

Selepas kepergian Dirga, mereka langsung berpencar. Jihan pergi menuju rooftop cafe menemui temannya, Lyra ada urusan mengenai eskul sehingga ia pergi ke gedung student center, sementara Rosi sudah menawarkan Jena untuk pulang bersama tapi gadis itu tolak karena merasa tidak enak terlebih lagi rumah mereka berbeda arah.

Akhirnya pun Jena memutuskan untuk duduk di halte pinggir sekolah sambil menunggu pesanan ojolnya. Mungkin karena ini jam pulang kerja sehingga membuat Jena susah untuk mendapatkan driver.

"Duh, ini kalau sampe gak dapet, gue pulang sama siapa dong?" gumamnya.

Tepat setelah itu, sebuah motor Kawasaki KLX 150 berwarna hitam berhenti. Awalnya Jena biasa saja, tapi ketika pengemudi motor itu membuka helmetnya, ia tercengang. Apalagi setelah mendengar kalimat pertama yang dilontarkan.

"Ayo, gue anter pulang."


Wkwk chapter ini adalah pengalaman aku alias aku suka lupa kalau gak bawa motor karena hampir tiap hari ke sekolah bawa motor wkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Wkwk chapter ini adalah pengalaman aku alias aku suka lupa kalau gak bawa motor karena hampir tiap hari ke sekolah bawa motor wkwk.

E T H E R E A L  ✅Where stories live. Discover now