Hutang budi

821 187 10
                                    

Hari ini keadaan sekolah sangat ramai, bukan karena jam istirahat, tapi hari ini guru-guru INESH sedang melaksakan rapat dan murid-murid dibiarkan begitu saja tanpa kepastian, alhasil mereka sangat ribut.

Jena sendiri memilih untuk keluar dari kelas dan duduk di taman yang berada di depan kelasnya yang juga berhadapan langsung dengan gedung student center. Gadis itu menghela nafas panjang kala mengingat betapa bodohnya dirinya.

"Masa sih? Parah anjir!"

"Ya kan? Emang kayaknya ceweknya problematik. Masa abis putus dari Mino langsung kencan sama sahabatnya. Belum aja tuh kayaknya abis Kak Jinu ke temennya yang mantan si Rosi."

Atensi Jena teralihkan ketika mendengar percakapan dua orang siswi melewatinya, dari yang bisa Jena lihat, mereka adalah kakak kelasnya yaitu siswi kelas 12. Wajahnya menor dengan bibir merah merona, roknya lebih pendek dari peraturan yang seharusnya dengan atasan seragam dibuat ketat. Awas aja ya, kalau Jena nanti bertugas merazia pasti ia akan menghampiri mereka terlebih dahulu.

"Padahal menurut gue ya, si Jena gak ada cantik-cantiknya tuh. Kenapa ya kak Mino bisa suka sama dia?"

Hah? Tunggu. Ini perempuan yang dibicarakan dua siswi itu dirinya?

"Gue juga gak tau, emang kayaknya kak Mino cuman jadiin si Jena taruhan deh."

"Mungkin taruhannya udahan kali ya, giliran kak Jinu. Hahaha dasar cewek murahan, mau aja jadi mainan."

Okey, fiks sih. Dua siswi itu sedang membicarakan dirinya. Jena hendak bangkit menghampiri mereka berdua tapi sebuah tangan menahannya.

"Anjing menggonggong kafilah berlalu."

Jena menoleh mendapati seorang Taka berdiri dengan satu tangannya berada di dalam saku.

"Udahlah, gausah ditanggepin orang kayak gitu. Mau seberusaha apapun lo ngebela diri, tetap pandangan mereka sama lo gak bakal berubah. Mereka cuman mau percaya sama asumsi jelek yang mereka buat," kata Taka lalu menarik Jena untuk duduk kembali.

"Gue, gue cuman mau balik ke kelas."

"Hm, gue kira lo mau labrak mereka."

"Gue gak sekurang kerjaan itu ya, kak," kata Jena lalu kembali berdiri dari duduknya berniat kembali ke kelas.

Tangan Taka kembali terulur menarik lengan Jena membuat tubuh gadis itu sedikit oleng. "Bentar," katanya lalu tangan Taka bergerak membuka kancing kemejanya satu demi satu.

Sementara itu mata Jena melotot tercengang melihat Taka, tubuhnya sedikit menjauh untuk waspada.

"Gausah takut gitu, gue gak akan ngapa-ngapain lo." Taka kembali bersuara lalu memberikan atasan seragamnya pada Jena. "Ambil, belakang rok lo warna merah," lanjutnya.

Jena melotot lalu meraba bokongnya dan terkejut ketika mendapati jarinya ada bercak darah. Melihat itu Taka menghela nafas lalu mulai melangkah pergi. 

"Kak, tunggu! Gue gak butuh ini."

"You're welcome!"

Laki-laki itu terus melangkah meninggalkan Jena yang masih bingung dengan perlakuan Taka yang serba tiba-tiba.

Okey, sepertinya hutang budi Jena terhadap Taka bertambah dan usahanya untuk moveon pun goyah

Okey, sepertinya hutang budi Jena terhadap Taka bertambah dan usahanya untuk moveon pun goyah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









Karena menuju ending, tolong kasih pesan dan kesan cerita ini dong. Kalau perlu kritik dan saran juga buat aku dan semua ceritaku xixixi, makasi all🫶🏻🫶🏻🫶🏻

E T H E R E A L  ✅Where stories live. Discover now