Mission

1.4K 309 19
                                    

Di jam makan siang sekaligus istirahat ini, Jena, Jihan, Lily, Rosie, dan Dirga sedang asyik berbincang sambil menyantap makanan di tengah keramaian kantin yang dipenuhi siswa dan siswi INESH.

"Pak Rian emang gila, ngasih tugas seenaknya banget," kata Jihan sambil menyodorkan Spaghetti ke mulutnya.

Jena mengangguk setuju. "ASLI! Mana cuman satu bulan lagi, kayak, anjirlah."

"Sans aja lah, yang penting ngerjain. Pak Rian kan gak pelit nilai," timpal Dirga.

"Kalian enak bisa pada main alat musik, lah gue. Kayaknya pas pembagian bakat gue malah lari ke pembagian pipi, makanya nih pipi udah kayak balon," keluh Jena.

Mendengar itu, mereka semua tertawa.

"Lo jadinya mau belajar gitar sama siapa?" tanya Lily.

Dengan spontan, Jena menunjuk Rosi. "Rosi lah!"

Rosi mendelik. "Dih, apaan! Engga ya, gue sibuk lomba cheerleader sebulan kedepan."

"Yeu, tadi lo yang usul sama pak Rian kalau gue pilih gitar ya kampret! Tanggung jawab lo!"

"Maksud gue tuh suruh lo pilih gitar ya karena itu yang paling gampang Malih! Bukan mau ajarin lo."

Gadis itu mengerucutkan bibirnya lalu menoleh pada Lily. "Li, lo aja yang ajarin gue ya."

"Gue juga gabisa Jen, maaf," jawab Lily.

Jena semakin merana, tidak tahu lagi siapa yang harus mengajarinya gitar untuk tugas mata pelajaran Kesenian yang mana pak Rian selaku gurunya menyuruh untuk menampilkan sebuah penampilan dengan menggunakan minimal satu alat musik, nantinya nilai tersebut akan digunakan untuk nilai ujian. Pak Rian memang membebaskan muridnya untuk memakai berbagai alat musik, dan Jena memilih gitar karena saran Rosi dan dirumahnya pun alat musik yang ia miliki hanya gitar.

"Terus yang ngajarin gue siapa dong? Ah anjir masa minta tolong Mino," kesal Jena.

Dirga tertawa. "Ya emang mau siapa lagi? Lagian kenapa si? Lo kayaknya benci banget sama Mino."

"Yeu pake nanya lagi, gue masih sebel sama Mino."

"Itukan kejadian 2 tahun lalu Jena, lo gak kasian emang sama dia?"

Jena berdecak lalu menggeleng. "Enggak!"

Jihan berdecak. "Gue kalau jadi lo auto memanfaatkan kesempatan sih, panjat sama Mino. Biar famous."

"Mino mulu dah, muak gue dengernya." kata Jena lalu beranjak dari sana meninggalakan keempat temannya.

"Lah ngambek dia." Jihan berdiri dari duduknya lalu melangkah mengikuti kepergian Jena, disusul okeh Lily dan Rosi.

Sementara Dirga memilih diam dan tidak menyusul temannya yang lain lalu kembali memakan makanannya. Beberapa menit kemudian tiba-tiba Naya muncul dan duduk di depan Dirga.

"Ga, laporan kas udah lo kerjain?" tanya Naya.

Dirga mengangguk. "Udah, tapi filenya masih di laptop gue kak. Abis ini deh gue send ke lo," jawabnya.

"Oke, eh btw kelas lo kebagian praktek alat musik?"

"Hooh, kenapa kak?"

"Engga si, nanya aja. Lo mau mainin alat musik apa?"

"Flute kak, gue bisanya cuman itu."

Naya mengangguk paham. "Kalau si Jena?" tanyanya lagi.

"Anaknya si pilih gitar, tapi gatau deh. Soalnya gak ada yang ngajarin dia, kasian."

"Oke deh, makasih Ga! Kalau gitu gue duluan ke kelas ya!"

Dirga mengangguk sementara Naya berjalan sumringah menuju kelasnya, gadis itu mengambil ponsel disakunya lalu mengetikan beberapa chat kemudian kembali tersenyum seperti orang gila.



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.








Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
E T H E R E A L  ✅Where stories live. Discover now