Permintaan maaf

1.1K 237 3
                                    

Cantaka Danudirja tidak mengerti kenapa semua orang selalu tertarik dengan kisah cintanya, apalagi hingga masuk ke dalam base sekolah. Taka paling tidak suka sesuatu yang seharusnya privat, terumbar begitu saja ke ruang publik. Seperti halnya potret dirinya dan Jena yang tiba-tiba tersebar kemarin. Meskipun banyak yang belum tahu bahwa perempuan yang bersamanya adalah Jena, tapi tetap saja Taka merasa tidak enak hati pada perempuan itu.

Taka memutuskan untuk pergi ke rumah Jena demi meminta maaf pada perempuan itu. Di perjalanan, Taka mampir ke mini market yang dilewatinya untuk membeli beberapa makanan ringan kesukaan Jena, Taka tahu betul jika di malam hari seperti ini Jena selalu mengganjal perutnya dengan beberapa camilan sebelum tidur.

Ketika sampai di rumah Jena, Taka segera menghubungi gadis itu dan beruntungnya ternyata Jena belum tidur. Taka segera meminta Jena untuk turun menghampirinya.

"Kak, ngapain?" tanya Jena ketika gadis itu melangkah menghampiri Taka yang sedang menyandarkan tubuh pada motornya.

Taka tersenyum lalu mengangkat kantong kresek putih yang berisi berbagai macam makanan ringan untuk Jena. "Gue bawa makanan," sahutnya.

Mata Jena seketika berbinar ketika Taka menyerahkan kantong kresek tersebut kemudian menerimanya dengan senyum mengembang. "Kak! Makasih banyak ya!"

"Anytime, Jen," sahutnya.

"Mau makan bareng gak? Gue gak mungkin ngabisin semuanya, nih! Kita makan di taman aja yuk!" Jena secara tidak sadar meraih pergelangan tangan Taka lalu menuntunnya ke arah taman kemudian melepaskan tautan tangannya ketika sampai di taman.

"Ngobrol disini aja ya kak, di rumah gue lagi ada orang gila," kata Jena kemudian mendudukan diri di salah satu bangku yang ada di taman.

Taka mengangguk lalu mendudukan diri di bangku yang berada di depan Jena, pemuda itu merasakan jantungnya berpacu lebih cepat saat ini. Meskipun keadaan malam ini sangat sunyi, hanya beberapa kali suara motor lewat, beruntungnya Taka karena Jena tidak bisa mendengar debaran jantungnya lantaran mereka dipisahkan oleh sebuah meja yang berada di tengah-tengah mereka.

"Lo emang gak pekaan ya orangnya?" tanya Taka tiba-tiba.

Jena yang tengah membuka sebuah keripik kentang mendongak. "Hah?"

"Nevermind."

"Kenapa kak? Peka apaan deh?"

"Engga."

"Ah! Lo mau tanya gue peka gak sama hal mistis karena lo liat sesuatu disini ya? Kak, jangan bikin gue takut dong!"

Taka menghela nafas, ternyata Jena bukan tidak peka, tetapi bodoh. Mungkin dalam urusan lain Jena pintar, tapi untuk masalah asmara sepertinya nilai Jena minus sepuluh.

"Iya, di pinggir lo ada hantu cewek tuh," kata Taka dengan intonasi yang santai.

"HAH? BENERAN KAK?"

"Engga, gue bercanda."

"Yaelah!"

Taka tertawa, gemas melihat tingkah Jena. 'Jena lo kenapa lucu banget, sih?'

"Btw, gue mau minta maaf soal foto itu. Lo pasti udah liat kan yang di twitter, gue sama sekali gak tahu akan berakibat masuk base. Lain kali gue bakal lebih hati-hati, kok."

Jena tahu betul jika itu bukan sepenuhnya salah Taka, ini salah mereka berdua karena terlalu ceroboh kemarin. "It's okey, kak! Gak pa-pa kok! Ini juga salah gue,  jadi jangan ngerasa bersalah. Mungkin kedepannya kita harus lebih hati-hati lagi," jawabnya.

Salah satu alasan hingga saat ini Taka malas untuk menjalin sebuah hubungan adalah karena spotlight yang dia dapat. Taka tidak merasa populer seperti artis korea, tapi pemuda itu sadar betul bahwa setiap gerak geriknya pasti akan menjadi topik pembicaraan satu sekolah. Salah melangkah atau bersikap maka beberapa hate speech akan menyebar dan Taka tidak mau hal itu terjadi. Maka dari itu, Taka harus lebih berhati-hati lagi karena pemuda itu tidak mau melukai hati Jena, perempuan yang berhasil membuat Taka mempunyai alasan lagi untuk memulai kembali sebuah hubungan.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
E T H E R E A L  ✅Where stories live. Discover now