Closer

926 190 13
                                    

Jihan sedari tadi tidak hentinya melayangkan pandangan geli pada Jena yang tengah uring-uringan di atas tempat tidurnya.

"Huhuhu, gimana dong anjir?"

Jihan sontak menghela napas panjang, melihat prilaku Jena yang berhasil menguji kesabarannya. Sementara itu Dirga yang sudah lelah dengan keduanya hanya duduk di kursi belajar Jena sambil memasukan satu demi satu keripik ke dalam mulutnya.

"Ya inisiatif dong, masa lo gak ada usaha banget," seru Jihan.

"Tapi gue malu banget anjir, kayak aneh aja gue udah jauhin dia tapi gue ajak jalan."

"Ya lo sih, tolol," maki Dirga.

Jena mendelik, lalu melemparkan salah satu bantalnya pada Dirga. Sementara itu Jihan tertawa, perkataan Dirga barusan memang betul. Kisah cinta Jena selalu tidak mulus karena gadis itu kerap kali bersikap gegabah. Jena memang pandai melakukan segala hal tapi tidak untuk percintaan, bisa dikatakan Jena sangat payah dalam hal tersebut.

"Terus gue harus ngapain anjir? Lo berdua dari tadi gak cukup apa ngatain gue mulu?" Keluh Jena.

Dirga merotasikan matanya lalu mendudukan diri di samping Jena. "Lo ajak jalan dong, kesampingkan segala macam urat malu lo. Lo gak liat tuh kak Taka masuk Base, saingan lo makin banyak, bodoh!"

Betul juga, Jena baru teringat hal itu. Lagian siapa sih yang masukin base? Gak ada kerjaan banget anjir itu orang, umpatnya dalam hati.

"Gimana gue chatnya?"

Jihan yang gemas segera mengambil ponsel Jena lalu memberikannya pada gadis itu. "Lo bilang aja mau ngajak makan sebagai ucapan makasih karena kak Taka udah jagain lo di UKS."

Seketika pipi Jena bersemu ketika mendengar kata UKS, gadis itu ingat betul apa yang terjadi selanjutnya ketika kak Taka menggendongnya dari backstage ke UKS. Kejadian yang membuat Jena memutuskan untuk kembali pada Taka.


"Kak, turunin aja, gue bisa jalan kok!"

Taka menggeleng dan terus melanjutkan langkahnya membawa Jena ke UKS.

Dengan jarak yang sedekat ini, Jena bisa dengan jelas melihat setiap inci wajah Taka. Hidungnya yang mancung, bibir tipis kemerahan, mata yang bersinar, juga rahang yang tegas membuat Taka semakin mempesona.

"Kenapa? Lo baru sadar ya kalau gue ganteng?"

Jena sontak mengalihkan pandangannya ke depan. "Hah? Apasi kak Taka? PD banget."

Taka tertawa.

Mereka berdua akhirnya sampai di UKS, Taka segera membaringkan tubuh Jena di atas tempat tidur.

"Makasih, kak."

Taka mengangguk lalu menarik kursi yang ada di belakangnya kemudian mendudukan diri.

"Gue beneran gakpapa kak, lo bisa pulang, kasian cape kan abis perform."

"Gue gak cape tuh."

"Tapi, gue beneran bisa sendiri. Atau nanti lo panggilin Jihan aja."

"Gue gak mau."

Jena menghela nafas panjang, memang akan sangat baik jika ada yang menemani gadis itu sampai kakinya tidak sakit lagi, namun jika yang menemaninya kak Taka maka hatinya justru yang tidak akan baik-baik saja. Jena masih punya malu setelah memutuskan untuk menghindari Taka, maka dari itu dia tidak ingin berduaan seperti ini dengan Taka. Jena merasa semakin bersalah ketika dirinya berada di dekat Taka.

E T H E R E A L  ✅Where stories live. Discover now