Malu

3.1K 375 17
                                    

Tanpa memperdulikan teman-temannya yang sudah heboh tak karuan, laki-laki itu membenamkan wajahnya pada buntalan jaket di atas meja. Telinganya tersumpal earphone yang memutar lagu rolling in the deep dengan volume tinggi.

Cantaka Danudirja, nama panjangnya. Biasa dipanggil Taka oleh teman-temannya. Laki-laki berumur 18 tahun itu bukanlah sosok yang tak terlihat di kelas, ia justru menjadi pusat perhatian. Bukan hanya di kelas sih, tapi dimana pun. Ya siapa yang tidak tertarik dengan Taka, wajahnya sangat tampan seperti tokoh pria di dalam manga alias sangat unreal.

Selain itu, eksistensinya sebagai ketua eskul photography membuat namanya semakin dikenal banyak orang, belum lagi deretan prestasi yang dihasilkan. Memang Taka definisi dari boyfriend material.

Taka merasakan seseorang merangkul pundaknya lalu tak lama melepaskan earphonenya.

"Ta, pulang kali. Tidur mulu lo!"

kalau didengar dari suaranya, itu Jimy—sahabat karibnya. "Berisik, Jim. Musnah lo!"

Jimy mendengus. "Noh, lo di panggil ke ruang OSIS," katanya.

"Ngapain?"

"Ya mana gue tau, bambang! Kan lo yang dipanggilnya, bukan gue."

Laki-laki itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya bangkit lalu melangkah keluar kelas.

"WOY TAKA, JANGAN LUPA GUE TITIP SALAM SAMA MY BABY SHELLA!"

Tak menghiraukan teriakan Jimy, Taka melanjutkan langkahnya menuju ruang OSIS yang terletak di ujung lantai 3 gedung student center. Jaraknya cukup jauh dari kelas laki-laki itu yang berada di gedung kelas 12 lantai 3.  Taka harus turun lantai melewati aula dan taman lalu kembali naik ke lantai 3, beruntungnya sekolah mereka mempunyai elevator sehingga Taka tidak perlu ribet menaiki tangga. Tapi beberapa temannya mengeluh kenapa sekolah tidak membangun sky bridge saja untuk menghubungkan kedua gedung ini, sehingga para murid-murid yang berada di lantai 3 gedung kelas 12 dapat menuju lantai 3 gedung student center tanpa harus turun dulu melewati aula dan taman. Seperti sky bridge penghubung antara gedung utama dan lapangan olahraga indoor.

"TAKA TAKA, TAKA TAKA RUMBAHHH!"

Taka menghela nafas, laki-laki itu hafal betul siapa yang meneriakan namanya dengan nada lagu Taki Taki milik DJ Snake itu.

"Kak Taka, tungguin aku dong," gadis itu kembali bersuara, kali ini dibuat seimut mungkin menirukan beberapa adik kelas yang kerap kali bersikap imut pada Taka.

"Apaansih, Nay! Merinding gue dengernya," cibir Taka.

Gadis bergigi kelinci itu tertawa puas sambil bertepuk tangan melihat respon Taka. "Makanya jangan serius amat tuh muka, kali-kali senyum dong, Tak! Dari tadi gue liat lo jalan kayak orang abis ditagih hutang, kagak ada semangatnya."

Taka mendengus lalu masuk ke dalam ruang OSIS tanpa memperdulikan temannya yang masih tertawa puas di ambang pintu kemudian merebahkan dirinya di atas kursi panjang berwarna tosca yang berada di samping papan tulis putih, memasangkan earphonenya lalu memutar kembali lagu Adele.

"Woy ah! Jangan tidur dulu, gue mau ngomong, nih!"

Tak ada respon, gadis itu kembali menggangu Taka dengan melepas paksa earphonenya. "Apaansih, Nay! Gue mau tidur!" serunya.

E T H E R E A L  ✅Where stories live. Discover now