"Aku Sanji, istrinya Zoro" Kalimat itu keluar dari mulut Sanji membuat Usopp berhenti.

"A-apa Istri?!! " Pudding berteriak dan memasang wajah panik.

"Ta-tapi Zoro"

"Nona, sepertinya anda harus menenangkan diri anda. Bagaimana kalau kita membicarakan ini sambil minum teh" Sanji tersenyum dan berkata sambil mempersilahkan Pudding untuk kembali duduk sementara dirinya pergi ke dapur membuatkan teh.

Setelah kepergian Sanji, Usopp hanya menatap Pudding dengan Pandangan tidak suka dan mulai memungut kembali barang-barang yang tadi dia jatuhkan.

"Cih...bitch" Usopp mengumpat dan segera berjalan menuju ruangan dimana kamar Sanji berada, setelah barang-barang itu sudah berada ditangannya.

Sanji keluar dari dapur dengan membawa dua cangkir teh. Dirinya meletakkan Cangkir itu di meja dan duduk di sofa tepat di hadapan Pudding.

"Jadi sudah berapa bulan kalian menikah?" Pudding bertanya sambil menyeruput teh yang disajikan tadi.

"Sekitar 3 bulan yang lalu" Jawab Sanji singkat.

"Owhh pantesan mulai saat itu Zoro sudah tidak pernah menghubungiku. Hemm..seingatku beberapa bulan yang lalu, setelah kami bercinta dirinya berkata akan sangat sibuk dan mungkin tak akan bisa dihubungi. Aku tak menyangka dia akan mengkhianatiku hiksss" Pudding menjelaskan sambil sedikit menyeka air matanya yang jatuh.

Pudding sengaja memakai kalimat-kalimat sensitif untuk menjatuhkan mental Sanji, dan sepertinya cara itu sedikit ampuh. Tampak dari air wajah Sanji yang sedikit berubah.

"Aku minta maaf, aku tak tau kalau Zoro sudah memiliki kekasih. Seandainya aku tau aku akan.... "

"Apa kau akan menceraikan Zoro? " Tanya Pudding tiba-tiba, memotong kalimat sanji.

"A-aku.. "

"Zoro selalu berkata kalau dia sangat mencintaiku. Bahkan akan menikahiku hikss...."

"Aku tau aku ini Beta dan orang tuanya menginginkannya untuk menikahi seorang Omega. Tapi... Hikss hikss... Zoro berjanji akan memeperjuangkanku. Dirinya berjanji akan melawan Orang tuanya demi aku."

"Tapi... Hiks.. Aku tak menyangka ... Hiks... Dia..." Puding menangis tersedu-sedu sambil sesekali menghapus ingus dan airmatanya dengan tissu.

Sementara Sanji hanya terdiam dengan perasaan terluka. Tak terasa sebuah air telah menetes ke pipinya dan dia menyeka dengan cepat.

"Nona.. A-aku sungguh Minta maaf, a-aku tak... " Sanji mencoba berkata namun.

"Padahal aku sudah memberikan keperawananku kepadanya, hiks... Ta-tapi Zoro... Lelaki itu... Hiksss" Puding berkata memotong kalimat Sanji.

Dan bagai serangan petir, kalimat itu berhasil membuat wajah Sanji memuucat dan diam seribu bahasa.

Mencerna semua kalimat dan situasi ini membuat kepalanya pusing dan mualnya kembali.

Pudding akan melanjutkan kalimatnya tapi Sanji sudah tiba-tiba bangkit dan beranjak menuju toilet.

"Hukk.... Huekkk~ shhh" Sanji memuntahkan seluruh isi perutnya kedalam Westafel. Semua informasi ini terlalu mendadak. Baru saja dia bahagia. Baru saja dia akan membuka hatinya untuk Zoro. Namun mendengar pernyataan dari Wanita itu membuat hatinya yang sedang ia susun kembali runtuh.

Dirinya kecewa dan sakit. Tak menyangka ayah dari anak-anak yang dia kandung mencintai orang lain.

Sanji memegang bagian perutnya dan sedikit meremas bajunya.

"Aku harus kuat, ibu akan berjuang untuk kalian. Walau tanpa seorang ayahpun, ibu akan merawat dan membesarkan kalian penuh cinta." Ujarnya sambil menatap perutnya.

Jujur, Sanji juga merasa tak adil kepada Pudding. Dirinya berhak mendapatkan Zoro karena pria itu adalah kekasihnya, terlebih mereka telah menjalin hubungan dalam waktu yang lamalama dan saling cinta.

Tapi bagaimana dengan kedua anaknya? Apa kedua anaknya juga tak berhak memiliki Ayah?.

Sanji kembali ke ruangan dimana pudding berada dan duduk di tempatnya semula. Dapat dilihatnya wanita itu sedang memainkan handphonenya.

Melihat Sanji sudah kembali wanita itu bertanya "Kau tak apa? " Wajahnya terlihat khawatir.

"Ahh tak apa, hanya sedikit kurang enak badan" Sanji menjawab sambil tersenyum tipis.

"Oh begitu, bagaimana kalau kau minum dahulu. Wajahmu sedikit pucat" Puding menyarankan.

"Hemm.. Baiklah" Sanji mengambil tehnya dan mulai menyeruput teh tersebut.

Baru satu tegukan, suara dari Usopp mengintrupsinya.

"Tuan Sanji, saya ada pekerjaan lain, jadi saya akan pamit. Barang-barang sudah saya letakkan di kamar anda. " Jelas pria itu.

Sanji tersenyum " Ah baiklah, terima kasih banyak Usopp "

"Sama-sama. Ahh satu lagi, Bos berpesan supaya anda meminum vitamin dari dokter, juga jangan terlalu lelah." Usopp berkata panjang lebar.

"Haha kau cerewet sekali, baiklah akan aku lakukan" Ujar Sanji.

"Oke kalau begitu aku pergi ya, hati-hati dengan wanita ular ini" Usopp berlalu setelah Mengatakan kalimat itu.

" U-ular... Maksudmu?! " Pudding yang nendengar tentu saja berteriak marah, namun Usopp telah melenggang keluar dari apartment tersebut.

Suasana hening sejenak sebelum pudding kembali bertanya "Apa kau sedang sakit?"

"Ah tidak hanya saja aku sedang ha.. "

Ring... Ring... Ring..

Suara dari hape Pudding, memotong perkataannya.

Setelah Pudding mengangkat panggilan tersebut, dirinya beranjak.

"Aku ada urusan lagi, sepertinya aku akan pergi"

"Baiklah, akan aku antar" Ujar Sanji dan berjalan beriringan dengan pudding menuju pintu.

Setelah sampai di luar pudding tak langsung bergegas pergi, malah menatap Sanji dengan lekat.

Sanji menatapnya balik dan menunggu apa yang akan dikatakan wanita itu padanya.

"Seandainya aku hamil dan Zoro adalah ayahnya. Apa kau akan menceraikan Zoro? "

Mendengar kalimat itu membuat wajah Sanji yang awalnya Pucat semakin bertambah pucat. Dirinya tak tau harus berkata apa.

Melihat Sanji yang tak merespon, pudding hanya tersenyum.

"Aku hanya berkata seandainya. Kau tak perlu kaget begitu. "

"Baiklah aku pergi dulu, sampai jumpa lagi" pudding tersenyum dan melambaikan tangannya. Kemudian berlalu dari sana.

Beberapa menit berlalu sebelum Sanji akhirnya dapat bergerak menutup pintunya.

Jujur dia shock dengan pertanyaan pudding tadi. Dirinya tak terpikir kalau wanita itu akan bertanya seperti itu.

Sanji berjalan menuju ruang Tv dan akan membersihkan cangkir teh yang mereka minum tadi namun tiba-tiba gerakkannya terhenti karena tubuhnya merasakan sesuatu.

Hawa panas menjalar di tubuhnya, Keringat dingin memenuhi dahinya dan nafasnya sedikit tersengal.

"Heat?!! Tapi aku sedang hamil" Pikirnya.

"Akhhhh... " Sanji mencengkram kuat perutnya saat rasa sakit yang teramat sangat menderanya.

"Shhh~ akhhh" Teriaknya lagi saat sakit itu menjadi-jadi dan membuatnya pandangannya berkunang.

"Aku harus meminta bantuan" Batinnya dan akan beranjak mengambil telepon.

Namun naas, baru selangkah dirinya berjalan. Pandangannya sudah menggelap dan akhirnya di terjatuh tak sadarkan diri disana.

.
.
.
.
.
.

Tbc

Hayo sanji kenapa tuh..

Zoro selamatkna binimu.

Unwanted (End) Where stories live. Discover now