Chapter 42

8.2K 1.1K 74
                                    

Sebuah motor sport memasuki kediaman Verdigan dan terparkir didepan pintu utama, pengendaranya membuka helm. Menampilkan rahang kokoh dan tatapan tajam yang menyorot kearah pintu tertutup.

Jarrel turun dari motornya, melangkah menapaki rumah yang sudah ia tinggalkan selama satu Minggu.

Cklek

"Tuan muda Jarrel? Ah syukurlah, anda sudah kembali..." Sambut Orezo, sekertaris Brahyuda yang umurnya masih terhitung muda. Pria berkepala dua dengan tampilan jas rapi yang senantiasa melekat ditubuhnya yang kekar, rahang tegas, alis tajam yang tebal, serta tatapan datarnya. Mungkin Orezo lebih cocok dikatakan pengawal atau bodyguard semacamnya di istana daripada menjadi sekertaris. Dia terlalu perfect, namun jangan ragukan kinerjanya. Selalu mendapatkan dua jempol dari Brahyuda, memuaskan dan dapat diandalkan.

"Orezo? Tumben lo di sini?" Tanya Jarrel.

"Saya memiliki hal yang harus disampaikan pada pak Yuda, seputar pekerjaan." Jawab Orezo.

"Papi udah pulang?" Kaget Jarrel, tak lama dari itu. Brahyuda muncul dengan raut wajah rumit, Orezo langsung mundur sambil memencet monitor yang berada dibelakang telinganya.

"Bersiap, jaga-jaga kalau tuan muda sampai kabur lagi." Orezo berbisik pelan.

Brahyuda sampai dihadapan putra tirinya, memandang Jarrel dengan tatapan dingin.

Bugh

Satu pukulan mentah ia layangkan disebelah pipi Jarrel, sudah berusaha Brahyuda tahan selama satu Minggu ini. Membebaskan Jarrel diluar sana agar dia bisa menikmati dunianya dalam sekejap sebelum Brahyuda menindaki putranya sendiri.

"Pi, kenapa tiba-tiba pukul aku?" Tanya Jarrel shock.

"Kenapa? Saya kecewa sama kamu Jarrel!"

Deg

"Pi..." Nada Jarrel terdengar cemas, takut jika Brahyuda berhasil mengetahui semuanya.

"Dimana perempuan itu, Jarrel?!" Tanya Brahyuda dengan manahan geraman.

Pria itu memijit pelan pelipisnya; merasa pening dengan apa yang terjadi pada anak-anaknya, Brahyuda tidak menyangka masalahnya akan sebesar ini. Sudah sampai pada kasus pembunuhan, meskipun bukan Jarrel yang menusuk Galen. Tapi dia bekerja sama dengan perempuan itu, dan lagi Brahyuda sungguh kecewa dengan Jarrel atas aduan putrinya yang hampir dilecehkan oleh putra sulung Brahyuda itu.

Bahkan, dia belum sempat mengobrol dengan Galen seperti niat Brahyuda yang ingin lebih mengenal siapa laki-laki yang menjadi kekasih putrinya. Mereka tidak memiliki kesempatan, waktu tidak mengizinkan keduanya untuk bertemu di dunia ini.

"Teresa lari keluar negeri pi,"

"Di negara mana?!" Brahyuda melirik Orezo dibelakang, bermaksud untuk segera bergerak setelah Jarrel menjawab.

"Filipina," Tepat setelah Jarrel mengungkap lokasi Teresa, Orezo langsung bergegas keluar dari kediaman itu. Menyisakan sepasang ayah dan putra tiri.

"Sekarang tinggal masalah kamu sama papi, kemarahan dari seorang ayah yang putrinya hampir dilecehkan!"

Dugh

Jarrel tertegun, barusan seperti ada benda keras yang menghantam hatinya. Mengguncang kesadaran Jarrel saat ini, seketika cowok itu berubah menjadi gugup. Takut dengan Brahyuda, tentu saja jawabannya jelas. Yang ada dihadapannya saat ini bukan ayah Jarrel tapi papi kandung Airell.

"Pi, maaf. Aku terhasut sama omongan Teresa saat itu, beneran pi sumpah Jarrel emang brengsek. Hajar aja aku sampai sekarat pi..." Ucap Jarrel sambil bersimpuh dibawah kaki Brahyuda, membuat pria itu membuang pandangannya kearah lain. Tidak sekuat itu untuk melihat posisi Jarrel saat ini, tapi hati Brahyuda keras untuk menyuruhnya bangkit atas apa yang sudah Jarrel lakukan.

CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]Where stories live. Discover now