Chapter 2

52K 5.1K 155
                                    

"Gimana di IPS 5?"

"Overall, gue lebih nyaman di IPA 3 sih..." Jawab Airell sambil menyiapkan semua buku-bukunya, tentu saja itu bohong, memangnya benar begitu dengan Airell yang asli? Tentu saja tidak, bahkan mungkin Airell sebenarnya sangat senang bisa sekelas dengan pujaan hatinya.

Namun, sayang. Racia tidak bisa menetap di sana, dia harus mencari kenyamanan, dan pasti tempat yang aman untuk memperpanjang umurnya di dunia ini. Tidak tau dengan keadaan tubuhnya di dunia nyata, apakah Racia menjadi putri tidur? Sepertinya begitu, namun sial tidak ada pria tampan yang akan menciumnya, dengan begitu Racia juga tidak bisa bangun dan selamanya terjebak di tempat kutukan ini.

"Ngapain seh, lo disini?! Sana hust... Hust..." Usir Chika pada Raden.

"Ck, gue ngomong sama Airell kali."

"Tapi lo berdiri disebelah meja gue, ganggu. Sana deh, Den." Usir Chika kembali.

Raden juga balik berdecak, mengalah pada akhirnya lalu kembali ketempat duduk cowok itu. Begitu Bu Rahma kembali masuk, semua siswa-siswi mengumpulkan latihan. Lalu, mereka dibebaskan pergi ke kantin, bertepatan dengan bel yang berbunyi menandakan waktu istirahat pertama SMA GANESHA.

Airell memandang keseluruhan tempat itu dengan lamat-lamat, pantas saja dia 'kan belum begitu kenal dengan tempat ini. Tapi sepanjang jalan Airell tidak bisa dibuat tenang dengan tatapan siswa-siswi, hah baiklah... Apa kejahatan terakhir yang dilakukan tokoh antagonis ini? Membully? Siswi mana? Atau mungkin siswa nerd tadi pagi adalah korban Airell?

"Chik, terakhir gue bully kapan sih?"

"Napa? Lupa lo?" Tanya Chika melirik ke sebelah, Airell mengangguk dengan posisi menggandeng lengan sahabatnya.

"Minggu lalu sih... Sakit lo gimana? Udah mendingan?"

"Sakit? Gue sakit apa?" Tanya Airell bingung. Apa antagonis memiliki penyakit mematikan? What apa itu? Umurnya akan pendek dong, Airell mengigit bibir bawahnya cemas. Dia khawatir dengan nasibnya setelah mati dari dunia ini, tiba-tiba saja dia kepikiran karna ucapan Chika yang menyinggung Airell sakit. Apa dia masih bisa kembali ke tubuhnya?

"Eum... Gatau, lo kan belum cek Rell. Gue suruh dari kemaren ga mau, tapi sekarang badan lo udah keliatan lebih segar kok."

"Emang gue dulu kaya gimana? Pucet, mirip mayat?"

"Aishhhh bukan! Gimana ya... Pokoknya lo keliatan— ah aura lo kaya ketutup gitu, iya!"

"Kok gue ngeri Chik."

"Gue lebih ngeri waktu liat lo,"

Apa ini ada hubungannya dengan Airell? Kemana jiwa asli antagonis? Apa dia telah mati? Atau sebenarnya Airell ada disekitar sini. Seketika ia menatap sekitarnya, mengaktifkan mode waspada jikalau Airell asli benar-benar muncul dengan bentuk tak sedap.

"Lo kenapa sih? Dari tadi pagi kelihatan kaya orang bingung." Tanya Chika.

"Hah? Gue?" Airell terdiam, menatap pintu masuk kantin seketika ia mendapatkan ide untuk mengalihkan topik. "Udah ayo cepet, gue laper!" Airell menarik Chika cepat-cepat.

Tidak menyadari segerombolan siswa-siswi memakai almamater khusus OSIS tengah berjalan didepan sana, Airell dengan pede saja lewat.

Bruk

"Huhhh! Kepala gue..." Ringis Airell mengusap keningnya yang terbentur sebuah lengan kokoh.

Sepasang mata menatap Airell, memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah dan kembali melihat wajahnya lebih jelas; sebab tadi Airell menutupi wajahnya dengan tangan.

CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]Where stories live. Discover now