Chapter 31

11K 1.5K 77
                                    

Sosok gadis berjalan menuju jembatan yang sepi dan minim pengendara pada larut dini hari, dengan sisa air mata di kedua pipinya dan keadaan yang masih sesenggukan setelah menangis sepanjang jalan.

Penampilannya berantakan, dia kacau, sangat setelah mengetahui fakta yang sebenarnya tentang keluarganya. Apakah belum cukup dia tau hidup di dalam novel? Perannya yang awalnya menjadi protagonis berubah menjadi extra character.

Gadis itu meletakkan kedua tangannya di atas pembatas, menatap kebawah sana dimana air sungai mengalir dengan tenang. Ia tak tahu seberapa kedalamannya, namun ketinggian jarak dari jembatan akan berujung fatal jika ia nekad melompat.

Sialnya, dia memang berniat ingin menyerahkan diri pada sungai yang gelap tanpa cahaya di bawah sana.

Saat kakinya mulai perlahan naik ke atas pembatas jembatan, seseorang tiba-tiba menariknya menjauh. Sepasang tangan kekar lalu memeluknya dengan hangat, mengelus lengannya yang bergetar ketakutan.

"Stupid girl!" Desis cowok itu melepaskan dekapannya lalu membalik tubuh yang tadinya ia peluk, dicengkeramnya dagu gadis itu kemudian ditarik keatas untuk ditatap.

"Lo mau menyerah gitu aja Key Wanson? Lo mau bebas dari dunia neraka ini— jangan harap itu akan terjadi!" Ucap Aiden remeh lalu menghempaskan dagu Key membuat kepalanya tertoleh kuat kesamping.

"Jangan ikut campur Aiden! Gue mau mati..." Balas Key dengan nada frustasi.

"Dengan bunuh diri, lo pikir semuanya bakal selesai? Enggak, Key! Bodoh, dunia yang lo tinggalin fiksi. Sistem akan dengan mudah menghidupkan nyawa lo lagi— entah yang ke berapa kali."

Key tertegun, tubuhnya merasa merinding mendengar itu. Sistem, yang mengikat jiwa dan raga di dunia novel ini memang tidak bisa dianggap remeh.

"Gue, capek, Aiden." Ungkap Key penuh penekanan, nafasnya berhembus lemah. Bukan hanya fisiknya yang lelah, tetapi juga batinnya telah kalah.

"Lo pikir gue juga ga capek?! Semua tokoh-tokoh di novel ini juga capek Key, please jangan egois."

"Tapi gue bukan tokoh penting, keberadaan gue ga ada gunanya setelah sistem merubah peran kita— ah gue maksudnya. Peran lo tetap sama Aiden, lo tokoh utama yang endingnya terjamin sama penulis. Sedangkan gue? Selanjutnya nasib gue akan gimana? Bisa aja setelah cerita ini selesai, gue menghilang Aiden, gue bisa lenyap..."

Dibawah sinar rembulan, Aiden menatap mata yang menyorot sendu. Terlihat jelas; rasa frustasi, takut, lelah. Namun Key bukan satu-satunya yang mengkhawatirkan ketakutan itu, dia juga sama. Jika Aiden gagal mendapatkan Airell diakhir cerita ini, dia bisa lenyap karena lalai menjalankan tugasnya.

Maka dari itu, Aiden telah bertekad kuat untuk memiliki Airell. Dengan cara kasar sekalipun, karena Aiden akan mencoba dari cara lembut terlebih dahulu. Jika gadis berkepala batu itu memang tidak bisa diajak bekerja sama— Aiden akan menjalankan pilihan kedua.

***

"Bar, plot selanjutnya apa?"

"Penculikan lo,"

"HAH?! GUE DICULIK!!?" Kaget Airell membuat Albar menghembuskan nafasnya kasar; lagi, gadis ini membuat kuping Albar berdengung. Cowok itu mengangguk malas sambil mengorek telinganya.

Airell menyandarkan tubuh di sandaran sofa dengan mata melotot, kedua tangannya mencengkram sisi sofa erat. Saat ini keduanya tengah berada di rooftop GANESHA.

Satu-satunya tempat dimana Airell dan Albar biasa mendiskusikan tentang novel. Akhir-akhir ini Airell merasa aneh saja karena semuanya terjadi lebih cepat; dan ternyata benar.

CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]Where stories live. Discover now