Chapter 14

23.8K 3K 82
                                    

"Nyak Rai, kue lapisnya sepuluh ribu ya." Airell menyerahkan uang berwarna ungu, sambil menunggu pesanannya dibungkus. Lalu Airell menerima dengan senyum secerah matahari, meski sudah sore dan langit perlahan mulai menggelap tak melunturkan rasa bahagia Airell telah mendapat kue lapis.

Langkahnya yang hendak ke parkiran menyusul Jarrel, Airell urungkan begitu melihat Raden yang tengah memakan mie ayam sambil melihat ponselnya. Kira-kira apa yang sedang anak pintar itu lakukan, apa Raden bimbel online sambil makan? Mungkin saja, mengingat ambisi cowok itu dengan pelajaran, Airell sudah tidak heran lagi.

Ia melangkahkan kaki menuju meja Raden, duduk disampingnya dengan lagak polos seakan tak masalah meski Airell belum meminta izin.

"Hai ganteng..." Sapa Airell.

Deg

Garpu Raden berhenti di udara saat akan menyuapkan mie kedalam mulutnya, tangan cowok itu mendadak bergetar, didalam sana jantung Raden hampir keluar mendengar panggilan Airell. Memiringkan kepalanya dengan kaku, Raden menatap Airell dengan tatapan sulit.

Apa yang sedang gadis ini lakukan? Mengapa mendadak aneh? Raden rasanya mulai merinding, "Ya?"

"Makan apa sih? Ga nawarin gue, nih..."

Raden menatap mangkoknya dan Airell bergantian, "Gue rasa lo tau. Liat, 'kan?"

Airell meringis pelan, merutuki kebodohannya dalam hati. Tangan gadis itu berpindah kebelakang, Airell menggaruk tengkuknya meski tak merasa gatal sedikitpun.

"Hehe... Iya, lo lagi makan mie ayam. Ya?" Airell cengengesan, menarik kedua sudut bibirnya itu terlalu lebar sehingga mata Airell menyipit menyembunyikan iris hijaunya.

Goblok lo Cia!

Modus gue keliatan banget, ya?

"Lo mau? Biar gue pesenin?" Tawar Raden.

Airell menggeleng, lalu bangkit. "Gausah, makasih ya tawarannya ganteng. Tapi gue kayanya balik aja deh, udah ditungguin. Lo pulangnya hati-hati oke, jangan ngebut, harus selamat sampai tujuan. Dan kalau bisa kabari gue kalau lo baik-baik aja begitu udah di rumah," Ucap Airell panjang lebar setelah itu mengerlingkan mata genit kearah Raden.

Uhuk!

Raden tersedak begitu Airell sudah pergi jauh, ia menahan mati-mati sejak tadi dan rasa panasnya menjalar luar biasa dileher Raden.

"Shshhh... Airell kampret! Dia kenapa, sih?" Tanya Raden merasakan jantungnya yang semakin berdetak tak normal.

***

"Lama banget sih, lo?!" Kesal Jarrel melihat adik tirinya itu baru muncul.

"Nyuam, nyuam, nyammm... Enwak, louw mwau?" Tanya Airell dengan mulut yang dipenuhi kue lapis, ia menyodorkan plastik kuenya dengan wajah polos pada Jarrel.

Begitu Airell ingin memasukkan kue yang baru, Jarrel langsung mengigit nya dengan posisi kue yang menempel dibibir Airell. Namun, tidak sampai menyentuh, membuat Airell membeku dengan apa yang kakak tirinya itu lakukan.

"Enak,"

"Jarrel jancok!"

"Heh, mulutnya gue laporin bunda ma papi nanti!" Peringat Jarrel mengancam sang adik yang wajahnya memerah; entah marah, ingin menangis, atau malu dengan apa yang baru saja Jarrel lakukan. Cowok itu malah terkekeh puas dalam hati, berhasil menjahili sang adik.

"Lo yakin, kaya gitu kakak-adik tiri?" Tanya Candra meragukan.

"Bego! Mana ada kakak-adik yang kaya gitu? Tiri sekalipun, samsek ga normal." Timpal Almon.

CHARACTER NOVEL? I'm? [TERBIT!]Where stories live. Discover now