06. PETAK UMPET

79 43 7
                                    

Psikopat yang ditugaskan untuk mengejar Yela sibuk mengeluarkan bom asap beracun di ruang laboratorium.

Sungguh, Yela kesulitan, dirinya mencepit kedua lobang hidungnya cepat-cepat daripada harus mati keracunan.

"Ketemu."

Seolah tersihir, Naldi tak dapat menggerakkan kakinya.

"Jangan mendekat," pekik Naldi.

Psikopat tersenyum, sambil sesekali mengasah pisau tumpul nya ditelapak tangan.

Sungguh, Naldi bergetar ketakutan, berteriak minta tolong namun malah mendapat tusukan dari psikopat.

"Akh, sakit. Tolong, tolong aku."

Jeritan Naldi terdengar dimana-mana. Itu semua berkat mic yang sengaja psikopat bawa untuk mengeraskan teriakan orang yang dia siksa.

"Wah, itu suara Naldi kan?" kaget Bagas.

"Bagaimana rasanya ditusuk seperti ini?" tanya psikopat sambil terus menekan pisau nya ke tengah perut Naldi.

"Sakit, tolong lepaskan."

Bagai sesosok iblis, psikopat enggan mendengar permintaan Naldi dan malah mempersakit perut Naldi dengan cara memperdalam tusukan nya.

"Sudah cukup, jangan diteruskan," isak Naldi.

Psikopat tersenyum, menarik pisau yang menancap diperut Naldi sambil bersiul kesenangan.

"Selesai. Kau boleh pergi, dihitung mundur dari dua puluh, sembilan belas, delapan belas."

Naldi bangkit dan tergopoh-gopoh sambil memegangi luka di perutnya.

Persetan dengan kerivalan ini. Ace sungguh tidak tega dengan keadaan Naldi yang sudah ditusuk sebegitu parahnya.

Tapi apa pendapat Mahen nanti, jika dia bersedia menolong Naldi? Anak itu pasti akan marah besar padanya.

"Ketemu."

Yela terjungkal, dirinya mundur beberapa langkah, mengesot panik.

Kini, giliran Yela yang mendapat luka tusuk di salah satu telapak tangannya. Demi apapun, rasanya sakit sekali.

"Sudah cukup, ini sakit, ku mohon, jangan ditusuk lagi," jerit Yela minta ampun.

Sontak, seluruh peserta yang tidak berada di satu tim yang sama dengan Yela menatap seluruh anggota tim Yela dengan tatapan sinis dan juga merendahkan.

"Kuat konon. Baru ditusuk segitu saja sudah mohon-mohon minta ampun," sinis Mahen.

Bagas merinding, psikopat yang menyakiti Yela benar-benar jauh lebih sadis daripada psikopat yang menusuk Naldi.

Bagaimana tidak? Psikopat yang mengincar Yela telah menusuk gadis  itu tepat di telapak tangannya menggunakan bambu tumpul.

Walaupun hanya di sebelah kanan saja, tetap saja terasa sakit. Rasanya seperti sekarat dan akan mati saat itu juga jika di posisi Yela.

Yela kelabakan. Tubuhnya mengejang hebat dengan teriakan yang begitu kencang.

"Mati saja kau gadis sok jagoan," batin Mahen, menikmati jeritan Yela.

Sembari menangis, Yela menyempatkan diri untuk melirik salah satu telapak tangan nya yang sudah nyaris hancur. Sial, nasibnya benar-benar buruk.

Kini, tubuhnya dibanjiri oleh peluh keringat dan juga darah yang terus mengalir membasahi lantai.

Rupanya, selain menusuk telapak tangan kanan Yela, psikopat itu juga turut menduduki bambu yang masih senantiasa menancap di telapak tangan Yela.

"Gimana? Enak?" tanya psikopat sebelum pada akhirnya berdiri dan melepas tusukan nya dari telapak tangan Yela secara perlahan.

LET'S PLAYWhere stories live. Discover now