47.🍊

208 33 3
                                    

Tak perduli dengan kakinya yang masih belum pulih, Reza berlari sekuat tenaganya menuju rumah Naka. Air matanya tampak mengalir deras. Entah apalagi yang semesta lakukan kepadanya, bahkan untuk memakai alas kaki saja tidak sempat Reza lakukan.

"BANG NAKA!"

"Astaghfirullahaladzim... Reza ada apa?" Bunda yang tadinya hendak masuk kedalam kamar terhenti.

"Bunda bang Naka dimana?"

Anak itu berjalan terpincang-pincang mendekati bunda, lalu dipeluknya tubuh hangat itu. Yah, jujur saja jantungnya mulai berjalan normal, tapi hanya beberapa detik. Setelahnya anak itu menangis sejadi-jadinya, begitu pilu sekali jeritan tangisnya, sampai meluruhkan tubuh mungilnya.

Tentu saja Bunda kaget, lalu dipeluknya erat tubuh Reza yang gemetaran, mendengar tangisannya saja membuat hati Bunda Nela terasa seperti diremas-remas, begitu sesak, sampai tak sadar buliran bening tumpah begitu saja.

"Reza, kamu kenapa sayang?" Bunda Nela ikut meluruhkan tubuhnya, agar sejajar dengan anak itu.

"Bilang ke Reza kalau ini hanyalah mimpi, bunda hiks–"

"Sayang tenang dulu, gapapa kamu nangis dulu, kalo udah tenang– silahkan Reza cerita apa yang sebenarnya terjadi, gapapa Reza nangis dulu" Bunda Nela merengkuh tubuh mungil Reza, anak itu begitu gemetar, suhu badannya menghangat.

"BUNDA!"

"Naka!"

Naka yang entah darimana itu, menyeblak pintu utama, ia langsung berlari mendekati Bunda dan Reza yang terduduk di lantai. Napasnya begitu memburu, wajahnya memerah, matanya– entah mengapa bunda merasakan tatapan mata Naka terasa seperti begitu menyakitkan.

"BANG NAKA HIKS"

"Reza kamu–"

"Kakak bang!"

Buru-buru Naka menarik anak itu kedalam pelukannya. "Kakak baik-baik aja, percaya sama bang Naka" ujarnya menenangkan anak itu.

"Kenapa? ada apa ini? Wanda kenapa?"sedangkan Bunda Nela, ia kebingungan, apa yang sebenarnya terjadi, sampai-sampai dua anak laki-laki didepannya ini begitu histeris.

"Bun, mobil bis yang di tumpangi Wanda ke Jogja kecelakaan. Hanya itu kabar yang Naka terima"

"Innalilahi wa innailaihi rojiun" 

Setelahnya mereka berdua terdiam, memeluk Reza yang menjerit tak henti-henti. Suasananya menjadi kacau sekali, bahkan anginpun sepertinya enggan masuk ke dalam ruangan, menyebabkan atmosfer disekitar terasa panas.

Seperti ada sebuah tali yang mengikat tubuh Reza, sampai membuat dadanya terasa sangat sesak, lehernya seperti tercekik, untuk menghirup udara saja rasanya sangat sulit.

"Kak Wanda baik-baik aja, Tuhan akan menolong kak Wanda" suara Bunda pelan.

"Kak Wanda ada disini untuk menjaga Reza! mana boleh Tuhan mengambilnya lebih dulu!" sentak anak itu.

Deg

Mana boleh Tuhan mengambilnya lebih dulu

"Hey, kita masih belum mendengar adanya korban jiwa, jadi kita masih punya harapan, semoga saja memang tidak ada korban di kecelakaan ini" Laki-laki itu mengelus surai Reza.

Tuhan, Naka benar-benar memohon untuk kali ini saja– selamatkan nyawanya. Selamatkan, Tuhan.

"Ya Allah– Reza sayang, anakku. Tuhan sayang sekali sama kamu, sama seperti sayangnya kak Wanda ke Reza. Mana mungkin Tuhan tega membiarkan kamu berjalan sendirian, berdoa saja semoga kak Wanda baik-baik saja, semoga kak Wanda tetap berada di lindungannya"

Mengheningkan Cipta || RenjunWhere stories live. Discover now