46.🍊

239 31 5
                                    


"At the end"

****

Reza menghembuskan napasnya, rasanya baru kemarin malam ia tidur, dan sekarang anak itu sudah harus tidur lagi. Waktu memang berlalu begitu cepat. Setiap kali hatinya merasa bahagia, disitu waktu rasanya berputar dua kali lipat lebih cepat.

Dan tiba-tiba saja anak itu merindukan Wanda, sedang apa kakaknya disana, sudah makan atau belum, bahagia atau tidak. Pertanyaan itu terus menghantui Reza, membuatnya merasa tidak tenang.

Apalagi saat Wanda mengatakan kalau liburannya ditambah sehari, anak itu semakin lemas. Andai saja dirinya bisa ikut, mungkin Reza tidak akan secemas sekarang.

tuuttt... tuutt...

Suara telepon seluler berdenging beberapa detik, kemudian terputus pertanda bahwa anak itu berhasil terhubung dengan nomor yang ia hubungi.

"Ada apa adekk? kangen ya?"

Sudah sangat jelas bahwa orang yang Reza hubungi sekarang adalah Wanda.

"Salam dulu kakak. Assalamualaikum" –Reza

"Ahh! Waalaikumsalam" –Wanda

"Kalau kita menunggu seseorang, kenapa perputaran waktu terasa sangat lama" –Reza.

Terdengar suara kekehan dari sebrang. Wanda sudah tau, pasti adiknya itu sangat rindu padanya. Ya apa boleh buat, kan emang Wanda se-ngangenin itu.

"Karena setiap detik yang berjalan, selalu kamu perhatikan, jadi waktu yang semestinya berjalan normal, akan terasa lama. Coba kalo kamu pake itu untuk main game, pasti akan terasa sangat cepat" –Wanda.

"Tapi, semua hal terasa sangat membosankan kak. Bahkan Reza sudah tidak tertarik lagi menonton Boboiboy" –Reza.

Di sebarang sana, Wanda melongo. Ada apa ini? pasti dunia sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana bisa, keseharian Reza yang selalu menonton Boboiboy, entah itu di ponsel atau di televisi, non stop. Bahkan anak itu sudah mengulangi episodenya berkali-kali, dan sekarang ia merasa bosan?

"Jangan berpikir yang aneh-aneh kakak. Reza bosan nonton Boboiboy, karena kakak tidak ada di rumah" –Reza.

Terdengar suara gelak tawa dari sebrang sana.

"Tungguin kakak pulang ya, ngga lama kok, besok juga udah pulang" –Wanda.

"Tanpa diminta, Reza selalu menunggu kakak. Sudahlah kalau begitu, Reza matikan telponnya. Sampai bertemu besok" –Reza.

Ucap anak itu sebelum mengakhiri sambungan telponnya.

"Sampai bertemu besok" –Wanda.

Tuutt...tuutt

Setelah itu, sambungan benar-benar terputus. Reza langsung meletakkan ponselnya di atas nakas.

*****

Percakapan malam itu adalah akhir dari semuanya. Itu terakhir kalinya saya mendengar suara lembut Wanda.  Suaranya masih terdengar jelas di memori otak saya, dimana Wanda mengatakan bahwa ia akan segera kembali, namun nyatanya...

Saya sudah menunggunya selama berjam-jam, berhari-hari dan berminggu-minggu. Tapi laki-laki itu, tidak juga kembali. Dan betapa hancurnya hati saya ketika mendengar siaran berita di televisi minggu lalu,

"Selamat siang pemirsa, telah ditemukan potongan tangan manusia di pantai Sundak, Gunungkidul Yogyakarta. Potongan tangan ini diduga milik laki-laki berinisial WD, korban terseretnya ombak pantai dua hari yang lalu. Proses pencarian sisa tubuh korban masih terus berlanjut hingga siang ini"

Mengheningkan Cipta || RenjunWhere stories live. Discover now