36.🍊

164 39 0
                                    

Hal yang terjadi saat ini hanyalah mimpi buruk. Andai saja memang seperti itu, mungkin aku tidak akan se sakit ini. – Wanda.

*****

Sudah berkali-kali alarm jamnya berbunyi, namun seakan tak perduli, Wanda tetap memilih untuk memejamkan matanya. Rasa sakit di hatinya belum menghilang. Dan Untuk yang terakhir kalinya alarm itu terdengar, sebelum akhirnya Wanda melempar benda kotak itu ke dasar lantai sampai hancur.

Wanda duduk disisi dipan, memandang kesal ke serpihan jam tersebut. Namun beberapa menit kemudian, pandangannya berbuah jadi nelangsa. Mereka sama-sama telah hancur. Lalu bagaimana caranya mereka bisa kembali utuh?

"Ngga bisa! yang udah hancur ngga bisa kembali utuh!"

Setelah kurang lebih 10 menit memandangi jam yang sudah mengenaskan itu, Wanda langsung berjalan keluar kamar. Dipandangnya  barang-barang itu masih berceceran dilantai. Ia menghela sejenak, kemudian mulai memungut barang itu satu persatu.

Jiwanya sudah kacau, melihat barang-barang berserakan seperti ini membuat raga Wanda ikutan kacau. Biar bagaimanapun juga, Wanda adalah tipe orang yang tidak bisa melihat sebuah ruangan berantakan. Kepalanya bisa pusing mendadak, jika ia berada di ruangan yang sangat berantakan seperti ini. Sebab itu, mau tidak mau ia harus membereskan ruangan ini.

Semuanya berlalu begitu cepat, baru kemarin rasanya Wanda digendong oleh papah. Tapi sekarang, Wanda seperti dipukul keras oleh kenyataan, bahwa semuanya hanya tinggal kenangan. Sedih sekali, ketika ia tau bahwa ia tidak akan pernah merasakan hal seperti itu lagi didalam hidupnya.

Baru kemarin rasanya Mamah menyupai Wanda bubur ayam pak Haji Darto yang terkenal wueenak. Dan sekarang, Wanda begitu terpukul mengetahui fakta bahwa sang Mamah tidak akan pernah melakukan hal itu lagi kepadanya. Misha telah pergi. Itu kesimpulannya. Dan Wanda juga tidak bisa memaksanya untuk kembali, Wanda juga tidak mau jika ia harus hidup berdua saja dengan sang Mamah. Rasanya aneh, selama ini mereka hidup sebagai keluarga yang utuh. Namun dalam waktu sekejap, keutuhan itu telah lenyap.

Brakk!

"BABI! LO MONYET!"

Umpat Wanda ketika Luki dengan sekonyong-konyong menjeblak pintu utama rumahnya begitu keras, seperti adegan-adegan disebuah film laga. Dan tanpa rasa berdosa sama sekali, Luki malah tertawa renyah seolah ia baru saja menyaksikan Srimulat.

"Jadi gue monyet apa babi?"

"DUA DUANYA!"

Wanda begitu kesal, kenapa kawannya ini sangat tidak tau tempat.  Tiba-tiba muncul seperti Jin. Bahkan dia masih bisa tertawa setelah melakukan hal diluar akal sehat ini.

"Tapi– anjing! kenapa rumah lo jadi begini? abis diterjang puting beliung?"

"Diterjang kenyataan! bacot banget mending bantuin gue!"

"Dih ogah! gue mau ketemu sama mamih! MAMIH DIMANA ANDA? ANAK ANGKAT MAMAIH DATANG!!"

Wanda merotasikan bola matanya jengah. Memilih tidak perduli, Wanda kembali memungut barang itu satu persatu. Biar saja Luki terus mencari keberadaan Misha, bahkan sampai akhir hayat pun ia tidak akan menemukan keberadaannya di rumah ini.

Setelah barang-barang itu terkumpul menjadi satu, Wanda mulai menyapu pecahan-pecahan kaca yang berserakan di lantai. Ia mulai resah! kenapa bisa dua orang itu menghancurkan seisi rumah sampai sedemikian rupa. Punya kekuatan apa mereka?

Satu jam berlalu, Wanda mulai lelah. Setelah membersihkan ini itu, mengepel lantai, menata barang-barang seperti semula, ia memutuskan untuk duduk sejenak di anak tangga. Dari atas ia mendengar derap langkah kaki Luki yang mulai mendekat. Sepertinya pemuda itu juga kelelahan mencari Mamih kesana kemari, namun belum juga berjumpa.

Mengheningkan Cipta || RenjunWhere stories live. Discover now