34.🍊

171 33 0
                                    

Kehilangan seseorang bukanlah sesuatu yang mudah di terima. Terutama untuk orang yang sangat mencintainya.

*****

Jauh dari yang Wanda bayangkan, malam ini justru menjadi malam yang paling buruk baginya. Melepaskan Niskala bukanlah hal yang mudah, meski nyatanya mereka tidak pernah saling mengikat, mereka hanya menjalani hubungan tanpa status selama bertahun-tahun.

Pertemanan hanya sebuah formalitas, nyatanya mereka malah terjebak dalam perasaan masing-masing. Sejak awal bertemu, Wanda memang sudah menyimpan sebulir rasa yang kini sudah bermutasi menjadi jutaan bulir yang tak terhitung. Sangat sulit untuk melanjutkan pertemanan secara normal jika cinta masih tercipta diantara salah satunya, atau bahkan keduanya. Mereka memang saling cinta, namun dibandingkan dengan Niskala, cinta Wanda lebih luas. Bagaikan padang pasir tak berujung, yang didalamnya dipenuhi oleh halusinasi liar yang membuat pemiliknya sering kali terluka.

Kini Wanda mengendarai kuda besinya dengan perasaan kalut. Hatinya sudah hancur berkeping-keping, apalagi yang bisa ia harapkan, perasaannya telah dibunuh. Yang tersisa hanyalah rasa sakit yang teramat sangat. Pelukan hangat yang Niskala berikan bahkan tidak bisa membuatnya bertahan dari dinginnya malam ini.

Belum cukup sampai disitu, jutaan cinta yang melekat dalam hatinya telah  ditarik paksa hingga menyiptakan luka pada dinding-dindingnya. Tidak adakah yang lebih perih dari pada ini?

"ANJINGGG!! BANGSATT!!"

Wanda memukul keras tangki motornya seolah itu adalah penyebab dari rasa sakitnya malam ini.

Sebentar lagi ia sampai di kompleks perumahannya, namun rasanya Wanda tak ingin pulang malam ini. Wanda hanya ingin pergi jauh untuk melepaskan segala rasa sakitnya. Namun setelah dipikir-pikir, Wanda butuh sebuah pelukan. Bukan dari Niskala, melainkan dari adik tersayangnya, Reza.

Laki-laki itu menambah laju kendaraannya hingga suara knalpotnya menggelegar di seantero jalan yang ia lewati. Tak perduli dengan ramainya kendaraan disekitar, yang Wanda pikirkan hanyalah rumah. Wanda ingin cepat sampai di rumah.

****

Wanda melihat halaman rumahnya yang sudah kosong, tidak ada siapa-siapa lagi disana. Yang terlihat hanya sisa bara api yang tadi digunakan untuk membakar marshmellow oleh Reza, Naka, dan juga Jiji.

Lagian ini sudah tengah malam, wajar saja jika mereka sudah meninggalkan tempat dan memilih untuk beristirahat.

Wanda melepaskan helm full face warna hitamnya lalu ia letakkan di rak tempat biasa ia menaruh helm yang ada di garasi.

plaaang! tarrr!!

"APA NGGA TERLALU CEPAT MISHA!"

deg!

Jantung Wanda seolah berhenti sedetik kala mendengar bentakan sang papah dari dalam rumah. Detik berikutnya jantungnya berdetak cepat, darah panas mengalir ke seluruh tubuh. Perasaannya menjadi tidak normal, entah apa yang telah terjadi malam ini. Mengapa semesta tidak membiarkan Wanda beristirahat sejenak.

"TERLALU CEPAT GIMANA? KITA UDAH SELESAI! MASA IDDAH KITA UDAH SELESAI!"

Nyawa Wanda seolah di renggut paksa dari tubuhnya. Jantungnya berdetak cepat seolah ingin memberontak dari tempatnya. Hatinya begitu sakit, berjuta-juta kali sakitnya ketika mendengar kalimat itu meluncur dari mulut sang Mamah.

Mengheningkan Cipta || RenjunWhere stories live. Discover now