38.🍊

171 35 0
                                    


Oh angin, bisakah kau terbangkan segala rasa sakitku ke luar angkasa?
aku tidak sanggup untuk menahannya lagi. – Reza

*****


Wanda menghela napas lelah. Rencananya, dihari yang cerah ini dirinya dan Reza akan pergi ke pantai Ancol, sekedar menghibur diri. Namun sekarang, ia malah di buat kesal oleh Reza karena anak itu yang tak kunjung selesai nonton kartun favoritnya.

Wanda melongokkan kepalanya ke luar, ia melihat bahwa toko Naka sedang ramai-ramainya. Matanya terus membuntuti Naka yang mondar-mandir melayani para pelanggan. Kemudian ia menarik kepalanya kembali, dilihatnya Reza yang masih asik nonton tanpa memperdulikan kehadirannya.

"Udah ya nontonnya, keburu pantainya hilang" tukasnya.

"Hilang bagaimana? memangnya pantai bisa hilang?"

"Bisa. Kalo pantainya bosen, pasti dia pindah ke negara lain. Kadang-kadang juga bisa bersatu sama samudera. Lebih ngerinya lagi, pantainya bisa di makan sama awan"

"HAH! Reza tidak percaya"

"Yaudah kalo ngga percaya"

Reza teridam, ia sedang berpikir apakah kakaknya itu berbohong. Reza menelisik setiap inci dari wajah Wanda, tak terlihat tanda-tanda kebohongan sedikitpun. Yang terlihat hanya ekspresi wajahnya yang kelelahan.

Tiba-tiba Reza merasa bersalah pada sang kakak. Padahal dirinya lah yang mengajak Wanda untuk pergi ke pantai, sampai Wanda merelakan untuk tidak ikut kumpul bersama teman-teman kampusnya hari ini. Dan sekarang, ia malah menyuruh Wanda untuk menunggunya menonton Boboiboy, yang padahal akan selesai satu jam lagi.

"Emm... yasudah ayo berangkat"

Ajak Reza setelah mematikan tv. Kemudian ia meransel tas birunya. Anak itu memang mudah sekali di manipulasi. Oleh karena itu, Wanda sangat tidak merekomendasikan pergaulan diluar sana untuk Reza. Bisa-bisa nanti adiknya itu berubah jadi badboy.

*****

Reza membuang bungkus permen chupa chups ke tong sampah, lalu memasukkan permen itu kedalam mulutnya. Kemudian, Ia berlari menuju sepeda yang di naiki Wanda.

"Ayo naik, kita keliling pantai"

"Oke. Nanti gantian Reza yang menyupir ya"

Wanda tertawa renyah "Hahaha, kamu kira ini mobil apa. Yaudah buruan naik"

"Baiklah!"

Wanda mengayuh pedal sepeda. Dengan riang gembira ia mengemudikan sepeda yang tadi ia sewa– ke tepian pantai, sampai ombak yang berdatangan menyapu hingga ke roda sepeda.

Reza asik tertawa, ia merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, melepaskan segala kesedihannya kepada semesta. Ia mengayunkan tangannya ke bawah dan ke atas seperti seekor burung yang tengah mengepakkan sayapnya. Berharap sang angin bersedia membantunya menerbangkan segala sesaknya saat ini juga.

Matahari bersinar terik, seolah siap membakar semua luka yang ada pada dua kakak beradik ini. Semakin kencang Wanda mengayuh pedal sepeda, semakin kencang pula angin menerpa wajah mereka hingga menerbangkan rambut lebat keduanya.

Reza memejamkan matanya, menikmati bagaimana saat angin membelai lembut wajahnya.

"Ketenangan seperti ini yang Reza butuhkan, Tuhan" lirihnya.

Mengheningkan Cipta || RenjunWo Geschichten leben. Entdecke jetzt