1.🍊

1.1K 86 9
                                    

"Reza gila! hei Reza gila! lihat dia ngobrol sama diri sendiri"

"Jangan mau temenan sama Reza! nanti ketularan gila!"

"Kenapa kamu selalu menghasut orang lain untuk tidak menyukaiku? aku hanya berdialog dengan diri sendiri, apakah itu salah?"

"Jelas salah! karena kamu gila!"

"Hanya orang gila yang berbicara dengan diri sendiri hahahhahaa!"

bughh

bughh

"bahkan kau diam saja saat dirimu dipukuli" Reza memegang perutnya yang terasa sakit.

***

"Dek, bangun udah pagi" Wanda mengelus kepala Reza dengan lembut.

"Kak. Mereka terus muncul di pikiran Reza, Reza tidak bisa tidur dengan tenang" Reza mengeluh, bahkan ia sampai memegang kepalanya karena terasa nyeri.

Mendengar perkataan Reza, Wanda merasa miris sendiri. Ini sudah 7 tahun semenjak Reza lulus dari sekolah dasar, bahkan perbuatan jahat mereka masih melekat dengan baik di otak Reza. Wanda tidak bisa membayangkan betapa kejamnya perlakuan mereka terhadap sang Adik.

"Reza. Kakak udah bilang berkali-kali, jangan di ingat lagi kejadian yang dulu, itu bakal nyakitin kamu" tutur Wanda penuh perhatian.

"Reza bahkan tidak mau memikirkannya lagi, tapi mereka muncul dengan sendirinya kak" kata Reza.

"Yaudah, sekarang kamu mandi dulu ya, nanti kakak bawain kamu sarapan" suruh Wanda.

"Kakak kuliah lagi?" tanya Reza sembari menyingkapkan selimutnya.

"Iya, nanti jam 11" jawab Wanda. Reza hanya mengangguk paham.

"Kak, kalau lembayung senja tiba, jangan lupa pulang ya" suruh Reza, matanya membulat saat menatap Wanda yang berdiri di ambang pintu.

"Siap!" Wanda memberikan tanda hormat untuk Reza, kemudian ia meninggalkan ruangan.

Reza masih duduk di sisi ranjangnya. Ruangan ini di penuhi dengan lukisan yang Reza buat sendiri. Ia sangat suka melukis, itu sebabnya Wanda menyuruh Reza untuk terus melukis agar perasaannya menjadi tenang. Dan akhirnya melukis adalah salah satu cara yang Wanda gunakan untuk pemulihan mental Reza.

"Ruangan ini di penuhi dengan perasaanku yang gelap" Reza memandangi lukisan-lukisan yang terpajang rapih di dinding.

Sudah banyak lukisan yang ia hasilkan, ada beberapa lukisan yang di pajang di kamar Wanda, di kamar orang tuanya, di ruang tamu dan yang paling banyak adalah di kamarnya.

untuk yang bertanya dimana orang tua Reza, mereka masih ada, lengkap tanpa perceraian. Namun, mereka sedang sibuk bekerja hingga lupa pulang kerumah, bahkan mereka jarang sekali meluangkan waktu untuk Reza.

"Aku hanya berbicara dengan diri sendiri, apa salahnya?" monolog Reza, mengingat kejadian dulu saat ia di ejek karena sering mengobrol dengan diri sendiri.

Kemudian ia memutuskan untuk bangkit dari ranjangnya dan segera membersihkan diri sesuai perintah Wanda.

"Aku sayang sama kak Wanda, dia baik tidak seperti adudu" cetus Reza.

Adudu adalah tokoh jahat yang sering Wanda ceritakan kepada Reza, Wanda sering sekali menceritakan betapa jahatnya adudu kepada boboiboy. Meskipun Reza sendiri tidak tau bagaimana wujud Adudu dan boboiboy, karena ia tidak pernah menonton televisi.

a fiew moments later....

"Kakak sudah menunggu sedari tadi ya?" tanya Reza, raut wajahnya menunjukkan kalau ia merasa tidak enak kepada Wanda.

Wanda malah cengar-cengir sendiri mendengarkan adiknya berbicara dengan bahasa baku, pasalnya ia tidak pernah mendengarkan seorang remaja yang berbicara begitu baku padanya.

"Engga kok" jawab Wanda masih cengengesan.

"Kakak kenapa ketawa? apakah ada yang lucu dari Reza?" Reza kebingungan. Ia menenteng handuk setengah basah di tangannya.

"Kamu lucu, kakak jadi pengen ketawa terus kalo liatin kamu" tutur Wanda, laki-laki itu  duduk di ranjang Reza.

"Jadi begini ya rasanya membuat orang senang" Reza ikut tersenyum tulus.

Wanda berhenti cengengesan, ia menatap Reza dengan ekspresi wajah yang tidak dapat dijelaskan.

"ini makan dulu" Wanda menarik tangan Reza dan memembawanya duduk di sampingnya.

"Kakak kapan mau cerita adudu lagi?" tanya Reza seraya memakan makanannya.

"Nanti ya Dek, kakak masih banyak tugas kuliah. Nanti kakak ceritain lagi, kamu cerita baru ngga?" Wanda mengeringkan rambut Reza menggunakan handuk.

"Cweritwa apwaa" tanya Reza, mulutnya masih mengunyah makanan.

Ketahuilah Reza tidak pernah bersosialisasi dengan siapapun kecuali orang tuanya, Wanda dan teman-teman Wanda. Reza tidak bersekolah, Reza tidak mempunyai teman yang seumuran dengannya, jadi wajar jika Reza bertingkah seperti anak kecil.

Reza sangat asing dengan dunia luar, kesehariannya hanya berada dirumah. Ia paling banyak menghabiskan waktunya di rumah.

"Makan dulu baru ngomong, Dek." Wanda mengacak rambut Reza gemas.

"Reza minta maaf kak. Cerita seperti apa?" tanya Reza setelah menelan makanannya.

"Nussa Rarra. Bagus dek ceritanya" ujar Wanda.

"Seperti apa? apakah ada monster diceritanya" Reza penasaran.

"Ngga ada. Makanya kamu nonton tv biar tau" suruh Wanda, kini ia menyisir rambut sang adik.

"Reza tidak berani menonton televisi, ada monster. Reza menjadi takut" ujar Reza, ia memasang wajah murungnya.

"Iya iya.. kakak ngerti" Wanda tersenyum.

"Cepet diabisin makanannya, biar bisa hebat kaya boboiboy" Wanda menyemangati.

"Baiklah" Reza kembali menyantap makanannya dengan lahap.

"Lucu banget" Wanda gemas sendiri.


****

Reza Danuarta

Boboiboy garis keras.

Boboiboy garis keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wanda Danuarta

Kakak terbaik sepanjang masa.

Kakak terbaik sepanjang masa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mengheningkan Cipta || RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang