Chapter 18

1.8K 142 77
                                    

Dokter wanita yang memeriksa Sakura menatap Izumi heran karena menampilkan ekspresi terkejut. Saat melihat Sakura pun dokter itu mendapati ekspresi yang sama.

"Jangan bilang kalian belum tahu!" tebak sang dokter memahami keadaan.

Izumi menatap dokter didepannya usai sadar dari keterkejutannya. Mulutnya terbuka namun tidak ada kata yang keluar. Suaranya seolah hilang entah kemana.

"Berapa usia kandungannya dokter?"

"Sepuluh minggu. Kandungannya sehat mungkin itulah kenapa pasien tidak tahu sedang hamil. Apalagi pasien tidak memiliki gejala orang hamil hanya kelelahan yang sering disepelekan. Saya akan memberi obat dan vitamin setelah itu...."

Izumi tidak lagi mendengar penjelasan dokter yang menangani Sakura. Ia sibuk menetralkan perasaannya yang campur aduk.

0o0o0o0o

Karena berita mengejutkan tadi keduanya pulang menggunakan taxi. Sengaja Izumi tidak menelpon Itachi maupun supir keluarganya. Ia sendiri masih tidak percaya Sakura hamil.

Bagaimana dengan Sakura? Wanita itu terus diam usai keluar dari klinik. Ingin menangis namun tidak mungkin mengingat keberadaan Izumi. Bagaimana dia tidak menyadari kehamilannya. Kenapa saat dia ingin memulai lembaran baru Tuhan seolah tidak mengijinkannya.

"Dimana apartemen mu Sakura?" tanya Izumi selepas mereka turun dari taxi.

"Lantai sepuluh!"

"Ayo aku antar!"

"Tidak perlu. Sebaiknya kau pulang saja!" karena Sakura butuh waktu sendiri.

Izumi tidak mendengarkan, wanita itu berjalan kearah lift dan menekan angka sepuluh sebagai tujuan. Merasa tidak ada pilihan Sakura ikut masuk kedalam lift. Sesampainya di lantai sepuluh Sakura menunjukkan dimana letak apartemennya berada.

"Kau istirahatlah. Biar ku buatkan sesuatu kau belum makan kan?" tanya Izumi.

"Terserah kau saja."

Sakura tahu sikapnya tidak sopan. Membantah pun percuma karena Izumi akan memaksa. Jadi dia pergi masuk kamarnya sendiri. Perasaan yang sejak tadi di tahan keluar tanpa bisa di cegah lewat air mata.

Untuk menghalau tangisnya Sakura membekap mulutnya sendiri. Tidak bisa dipungkiri di senang sekaligus sedih saat tahu sedang hamil. Senang mengandung anak dari orang yang dicintainya. Sedih karena Sakura tahu mungkin dia bisa kehilangan bayinya begitu semua orang tahu siapa ayah anak ini.

Tak jauh beda dengan Sakura. Wanita bermarga Uchiha itu pun merasakan hal yang sama. Bedanya tidak ada isak tangis hanya setetes air mata yang membasahi pipi langsung Izumi hapus dengan cepat.

Dia bukan orang picik yang akan menyalahkan Sakura begitu saja. Hubungan keduanya atas dasar suka sama suka. Menyalahkan satu orang saja bukanlah sikap baik. Setidaknya Izumi tahu Sakura menyesali tindakannya.

0o0o0o0o

Setelah membuat makanan sederhana. Izumi mendatangi kamar Sakura dengan perlahan ia mengetuk pintu kamarnya. Tidak perlu menunggu karena Sakura langsung keluar.

"Kita makan bersama." ajak Izumi.

Keduanya berjalan beriringan tanpa kata bahkan saat sudah duduk di satu meja tidak ada yang membuka bersuara. Diamnya Izumi membuat Sakura tak nyaman. Bagaimana bisa wanita ini tetap tenang setelah tahu keadaannya.

"Izumi-san."

"Hm!"

Izumi menatap Sakura yang memanggilnya ragu. "Secepat itukah kau mengganti panggilan untukku? Baru tadi kau memanggilku nee-san." ujar Izumi tidak habis pikir.

BittersweetDonde viven las historias. Descúbrelo ahora