Chapter 13

1K 121 124
                                    

Happy reading!

.

.

Ruangan yang sempat hening diisi suara tawa Mikoto. Wanita paruh baya itu seperti teringat sesuatu melihat ekspresi terkejut menantunya.

"Dia anak Mebuki kau kenal dengan sahabatku itu kan?. Sudah menjadi impian kami untuk menjodohkan anak-anak kami termasuk Kushina. Karena Naruto menikah dengan Hinata itu seperti takdir jika Sakura dan Sasuke berjodoh!"

"Bukankah dia punya kekasih?!"

Pernyataan Izumi mengejutkan semua orang. Sedangkan Izumi nampak acuh berjalan ke kursi di samping Itachi. Tangannya dengan cepat mengambil piring Itachi mulai mengisinya dengan makanan.

"Kenapa kau menanyakan hal itu Izumi? Tentu saja mereka sudah putus benarkan Sakura-chan?" ujar Mikoto kesal merasa Izumi tidak ada di pihaknya.

Semua mata kini tertuju pada Sakura menanti jawaban gadis merah muda itu. Sakura menjadi gugup dibuatnya namun perlahan ia menganggukkan kepala samar sebagai jawaban.

"Tuh kan!"

"Oh! Baguslah jika kau sudah putus dengannya. Aku tidak ingin adikku berurusan dengan wanita yang belum selesai dengan masa lalunya. Itu merepotkan Sasuke!" ejek Izumi menanggapi Mikoto yang seolah menegaskan jawaban Sakura.

Untuk pertama kalinya selama mengenal Izumi, Mikoto menatap menantunya tidak suka. "Dibanding mengurusi kehidupan adik ipar mu. Bukankah kau punya permasalahan sendiri Izumi ini sudah tahun keempat pernikahanmu tapi mana kau tidak juga memberi kami keturunan tidak heran jika suatu hari Itachi memiliki wanita lain dibelakang mu!"

Terkejut

Itulah ekspresi semua orang disini. Tangan Izumi yang sedang memegang piring dan sendok nasi bergetar. Tidak menyangka kata itu terlontar begitu saja dari bibir ibu mertua yang terkenal baik hati.

Mikoto menutup mulutnya usai menyadari kata-katanya. Sorot matanya tampak menyesal melihat Izumi yang nampak syok.

"Bukankah sudah ku ingatkan! Dimeja makan tidak boleh ada yang berbicara!"

Suara dingin Madara memotong Mikoto yang ingin minta maaf sekaligus peringatan. Dia paling tidak suka jika di meja makan ada yang bersuara sedikitpun. Jika sudah mendengar Madara bersuara maka tidak ada yang berani membantahnya.

Acara makan tetap berlangsung meski suasana sangat sunyi bahkan denting sendok beradu piring pun tak terdengar membuat suasana makin tegang. Izumi bahkan berusaha keras mengunyah makanannya agar bisa cepat pergi dari keadaan tidak mengenakan ini.

"Sayang bisakah kau bersihkan kamar kita? Tolong siapkan air hangat juga!" perintah Itachi tidak tahan melihat Izumi nampak kesusahan menelan makanan di mulutnya.

"T-tapi-"

Izumi nampak ragu melihat makanan di piringnya tampak tak tersentuh. Ia menatap Madara takut-takut yang belum selesai makan. Meninggalkan meja sebelum yang tua pergi lebih dulu adalah tidak sopan menurut aturan keluarga ini.

"Turuti perintah suamimu Izumi!"

"Ha'i!"

Usai mendapat izin Madara Izumi melesat pergi ke kamar Itachi dirumah ini. Itachi memperhatikan Izumi yang perlahan menaiki tangga rumah. Dengan kasar Itachi menghentakkan sumpit dalam genggamannya.

"Kau keterlaluan Kaa-san!" ujarnya menatap sang ibu tajam.

Mikoto menatap putranya bersalah, menyesal karena tidak bisa mengerem mulutnya. Itachi abai dengan penyesalan ibunya segera dia menyusul Izumi kala ingat air mata Izumi tak terbendung lagi saat meninggalkan meja makan.

BittersweetWhere stories live. Discover now