Chapter 17

1.2K 128 64
                                    

Ini gila!. Izumi tidak tahu akan terbawa perasaan seperti ini semenjak Itachi menginginkan seorang anak. Tanpa sadar dia menjaga kesehatannya makanan apa yang harus dia konsumsi. Hingga saat dia mendapati hasil testpack yang ia coba secara iseng hasilnya negatif, dia kecewa. Lebih kecewa saat Itachi dengan terang-terangan menolak kehadiran anak dalam rumah tangga mereka.

Seharusnya dia tidak perlu sekecewa ini mengingat rumah tangganya tidak ada kepastian. Dibalik kekecewaan yang dia rasakan ada ketakutan yang besar. Apa yang harus ia katakan pada ibu mertuanya yang sudah tidak sabar mengingkan cucu.

Ini sudah lewat dua Minggu dari terakhir kali bercinta dengan Itachi. Meski dalam waktu itu mereka beberapa kali bercinta. Seharusnya sudah ada tanda-tanda hamil. Izumi tidak mengerti kenapa dia tidak juga diberi momongan secepat orang lain padahal dia maupun Itachi selalu menjaga kesehatan mereka agar membuahkan hasil.

"Bagaimana?"

Satu kata yang menghantam telak hati Izumi. Dengan pasrah Izumi memberikan testpack yang ia coba pada Mikoto. Raut Mikoto yang semula antusias berubah muram.

Mikoto menatap intens Izumi yang menghindar dari tatapannya. Jika boleh jujur Mikoto kecewa dengan hasilnya tapi tidak mungkin dia menyuarakan kekecewaannya pada Izumi yang jauh lebih kecewa darinya.

"Tidak apa. Mungkin kalian harus lebih berusaha lagi." hibur Mikoto setengah hati.

Keduanya diam dengan pikiran masing-masing. Menghibur dan berbicara tidak ada gunanya yang ada mereka akan terbawa emosi dan saling menyalahkan satu sama lain seperti yang sudah-sudah.

Namun dalam situasi ini, Izumi berharap ibu mertuanya pamit pulang agar ia bisa leluasa melampiaskan emosinya. Kenapa harus dia yang mengalami hal ini. Apa salahnya hingga menginginkan seorang anak saja sulit.

Seandainya tidak ada tekanan dari keluarganya, Izumi akan masa bodoh dengan semua ini mengingat Itachi sudah mengkhianatinya. Tapi karena dia masih berstatus istri dari anak keluarga terpandang dia harus memikirkan nasibnya dan harapan banyak orang.

Lihat saja saat pertemuan keluarga nanti pasti dia akan menjadi bulan-bulanan para tetua, batin Izumi pusing.

.

.

Saat memasuki ruang kerjanya Sakura mendapati box bergambar kue di atas meja. Di box tersebut Sakura mendapati sebuah memo yang tertempel di atasnya.

'Aku tahu kau sibuk tapi jangan lupa makan siang. Maaf untuk kejadian malam lalu. Tidak seharusnya aku bersikap acuh dan mengerti perasaanmu.

S.'

Melihat inisial saja Sakura sudah tahu dari siapa box bergambar kue ini. Sudah pasti Sasuke. Perasaan bersalah itu semakin besar karena seharunya dia yang meminta maaf pada Sasuke.

Senyum mengembang di wajah Sakura melihat beberapa kue kesukaannya. Dari mana Sasuke tahu dia menyukai kue-kue ini?. Seingatnya dia tidak pernah membicarakan makanan kesukaannya pada Sasuke.

Apa Itachi? Tidak! Itu tidak mungkin Itachi yang memberitahu Sasuke. Karena Sakura tahu hubungan Itachi dan Sasuke Sekarang ini terasa canggung akibat dirinya. Ah masa bodoh dengan itu, Sakura bisa menanyakannya nanti pada Sasuke. Yang paling penting sekarang adalah dia menikmati kue yang menggugah seleranya.

0o0o0o0o

"Izumi!"

"Mai!"

Raut terkejut mampir diwajah Izumi melihat seorang wanita menghampirinya saat ia tiba di Kuil Naka bersama Itachi. Keduanya lekas berpelukan saat wanita itu tiba didepannya.

BittersweetWhere stories live. Discover now