Thirteen ×part 2×

2K 92 3
                                    

"Theo! Apa kau sudah siap?" Teriak seorang lelaki dari lantai dasar rumah Theo.

Theo dan Tif yang sedang asyik menonton film disney favorit Tif di kamar nya dengan volume yang cukup keras, tak dapat mendengar teriakan Ben.

"Uncle, pangeran yang baik dan tampan seperti dia ada tidak ya di dunia nyata?" Tanya Tif pada Theo yang duduk di samping nya.

Theo tersenyum manis, "Ada dong. Memang Tif tidak melihat lelaki di samping Tif yang tampan dan baik hati ini, hm?" Ucap Theo disertai senyum jahil nya.

Tif menyerngit melihat kelakuan Theo yang amat percaya diri. "Tapi tidak terlalu percaya diri seperti Uncle." Tif menjulurkan lidah nya, meledek Theo.

Theo mencubit pipi merah nya. "Uuh, yang penting tampan kan?" Tanya Theo sambil menaikkan alis kiri nya.

"Uh, terserah." Tif memutar bola mata nya.

Kreeekk

Pintu kamar Theo terbuka dan menampakkan seorang lelaki dengan Topi dan Coat hitam nya.

"Hey, Theo! Apa kau lup-- Loh, Tif? Kau sudah sampai, ya?" Ben mendekati Tif, lalu menggendong nya.

"Ingat tidak dengan Uncle?" Tanya Ben pada Tif.

"Ingat dong, Uncle Ben! Dulu Uncle sering membelikan Tif boneka Barbie!" Ucap Tif.

"Mau Uncle belikan boneka Barbie lagi tidak?"

"Mau mau!" Seru Tif  begitu bersemangat.

"Theo, Tif biar aku yang urus sampai acara mu selesai, oke? Kau telfon saja kalau sudah sampai. Elle pasti senang sekali dengan Tif. Apa kau ingat dengan Aunt Elle?"

"Ingaat! Aunt Elle yang cantik seperti bidadari, kan Uncle?" Ben tersenyum pada Tif.

"Baiklah, Ben. Terima kasih sekali lagi. Aku tidak tahu kalau kau tidak ada, mungkin rencana ku dan acara ku akan kacau. "

"Tentu, Theo. Sekarang, bersiaplah. Dan jangan sampai kau kehilangan untuk yang kedua kalinya, dude."

"Pasti." Ucap Theo.

Ben berbalik, berjalan menuju pintu kamar Theo."Baiklah, Tif. Sekarang kau bersama Uncle Ben, ya? Kita akan belanja banyak makanan hari ini bersama Aunt Elle."

Sedangkan dia, Pangeran yang begitu percaya diri namun tampan bersiap dengan kemeja, dan Tuxedo putih nya. Dia bergumam kecil sambil menatap cerminan nya.

---

Senja sore menyapa langit dengan semburan oranye yang dibalut oleh kabut awan yang mulai menggelap. Seperti biasa nya, Taman akan dikunjungi banyak orang yang hanya ingin melihat hamparan langit yang indah. Begitu pula dengan cafe - cafe di sekitar nya. Pasti akan sangat ramai dikunjungi oleh para pemuda - pemudi, yang biasa nya sedang bercakap - cakap ria dengan teman sebaya nya atau sedang 'beradu mulut' dengan pasangan nya yang tentu nya tidak hanya lawan jenis.

Sudah biasa, bukan?

Di negara Amerika, atau negara - negara besar lainnya, seperti nya sudah sangat biasa.

Tapi tidak dengan gadis yang mengalihkan pandangan nya pada ponsel nya. Kalau bukan karena tugas kelompok, sepertinya dia tidak akan mau mengunjungi Cafe menjijikan seperti ini.

Tak lama kemudian, seorang pelayan menghampiri meja nya. "Ini Frappuchino, atas nama.. Mr. Kaafa." Ucap pelayan itu. Seketika, Aorta terbelalak mendengar ucapan pelayan yang bernama Scott ini.

Sebelum pelayan itu berjalan jauh dari meja nya, dia memanggilnya kembali. "Maaf, tapi ini bukan milik saya!" Pekik Aorta dengan sedikit nada tinggi nya.

Bloody Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن