Twenty Two - What Does It Mean?

1.5K 101 2
                                    

Malam setelah dia mengajak seorang gadis untuk mengopi ria bersamanya, rasanya memang selalu saja ada yang berubah. Entah kenapa, akhir - akhir ini pikirannya kacau, aneh, tak dapat terkendali, yang membuatnya kadang senyum - senyum sendiri.

Setiap bertemu dengan gadis itu, rasanya begitu cepat. Dan gadis itu selalu membuatnya terkesan setiap saat.

Di saat gadis itu marah - marah, cemberut, berteriak, tertawa, tersenyum.

Anehnya lagi, semua itu terekam jelas oleh Aidan. Dan akhir - akhir ini otaknya selalu saja memutarkan rekamannya.

Dia benar - benar sudah stres karena gadis itu.

Gadis yang selalu berteriak, tertawa, dan mengerjainya setiap saat.

Aorta.

Dan anehnya lagi, pagi ini Aidan malah bersantai sambil sarapan pagi di meja makan sambil bersenandung kecil.

"Would he say he's in l-o-v-e? Well if it was me, then i would, I would," Entah ada angin apa, dia menyetel lagu boyband yang menurutnya terlalu girly dan bodoh itu di iPodnya.

Ya, menurutnya hanya lelaki bodoh yang mau menyanyikan lagu itu.

Dan dia tidak sadar kalau dialah salah satu dari lelaki bodoh itu.

"Would he hold you when you're feelin low, baby you should know that I would.."

Tanpa ia sadari, seorang wanita sudah duduk di sebrangnya dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Kau sedang jatuh cinta, anakku.

Batinnya.

Dengan lahap, dia menyantap habis roti panggang buatan ibunya.

"Aku senang kau suka dengan rotiku." Ucap ibunya, yang menyadarkan Aidan kalau wanita itu disini, bersamanya, satu meja makan.

Aidan menoleh ke arahnya,

"E-eh, maaf. Aku kira tak ada orang lain di rumah, jadi aku habiskan." Ucap Aidan sedikit gelagapan. Dia pun bangkit dari duduknya, dan melenggang pergi.

Tanpa pamit seperti biasa.

"Aku pergi!" Teriak Aidan dari ruang tamu.

Walau sosoknya sudah tidak terlihat, suaranya terdengar menggema.

Mrs. Blight tersenyum sambil meneteskan air mata.

Dia amat bahagia.

Aidan menganggapnya, dan berpamitan dengannya, lagi.

Ini yang pertama kalinya, sejak mereka berpisah, dan tak bersama selama sekitar 8 tahun.

"I love you everyday, Aidan."

---

"Tugas dikumpulkan lusa besok." Ucap Mr. Allen yang melenggang pergi keluar dari ruangan.

Kreettt

Saat Aorta sedang membereskan buku - bukunya, seorang lelaki mendekati bangkunya.

"Hey, jadi kita kerjakan dimana tugas kelompoknya?" Tanya lelaki itu yang spontan membuat Aorta menoleh ke arahnya.

Oh, ternyata dia.

Lelaki berambut setengah pirang, yang hampir sama dengan si dosen menyebalkan. Hanya saja, rambut pirangnya jauh lebih kuning ketimbang Theo yang lebih terkesan putih.

Jaman sekarang, adalah jaman dimana rambut putih disebut pirang, bukan ubanan.

"Ah, sepertinya jangan di rumahku. Karena aku sekarang menginap di rumah s-saudaraku, jadi.. kalau tidak di rumahmu, mau tidak mau di rumah Aidan."

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang