Four

4K 201 0
                                    

Ia kembali meneguk secangkir kopi hitam nya yang tinggal setengah. Kopi hitam yang begitu pahit menurut pencinta susu, dan begitu nikmat untuk pecinta kopi. Ya, dan dia adalah salah satu penggila kopi. Rasa nya yang pahit di lidah lah yang membuat nya mengerti akan hidup yang bahkan jauh lebih pahit dari kopi yang ia teguk sehari-hari. Dan dia bersyukur bahwa pahit hidup nya tak lebih dari Kopi hitam kesukaan nya. Setiap ia meneguk pahit nya, disaat itu juga lah dia selalu bersyukur.

"Jadi, bagaimana dengan lokasi ini, Mr. Hemish?" Ucap rekan nya, yang saat ini sedang duduk bersebrangan dengan nya. Mereka sedang membahas sesuatu yang pasti nya bernilai tinggi, dan tak murah.

"Bagus, hanya saja apa tidak terlalu dekat dengan Dr. Gregory L. Quick Hospital?" Tanya Mr. Hemish sambil memijat pelipis nya. Hari ini cukup melelahkan untuk nya sebagai pimpinan, sekaligus pemilik Boston Hospital. Belum lagi dia juga harus mengajar di salah satu universitas ternama sejagad raya.

Ya, Harvard University.

"Memang hanya berbeda 20 meter dari Dr. Gregory L. Quick Hospital, tetapi kawasan di daerah itu lebih dari cukup strategis. Dekat dengan tempat umum lain, dan kawasan ini berada di kota. Bagaimana?" Tawar Mr. Leighton cukup antusias.

"Yah, untuk saat ini seperti nya, tidak dulu. Mungkin, lain waktu." Jawab  nya singkat.

Terlihat jelas raut wajah Mr. Leighton berubah masam. Ya, mungkin dia kecewa. Kunjungan nya untuk datang ke Boston cukuplah rumit. Dan, lalu saat ini dia ditolak mentah-mentah oleh Mr. Hemish, Si pemilik Rumah Sakit.

Ingin rasa nya, asap keluar dari hati nya yang menahan amarah begitu dalam karena penolakan ini. Ya, tapi sebagai orang beretika, dia cukup memahami persoalan nya, dan tak mau memperparah keadaan.

"Baiklah. Mungkin memang belum waktu yang tepat. Tetapi jika Mr. Hemish mau mempertimbangkan nya lagi, ini kartu nama saya. Dan, jangan sungkan-sungkan untuk menelfon saya kapanpun." Ucap nya sambil merapihkan kembali berkas-berkas nya. Lalu ia beranjak dari duduk nya.

"Selamat siang, Mr. Hemish." Ucap Mr. Leighton sebelum dia berbalik.

"Uhuk! Uhuk uhuk! Uhuk!" Penyakit ginjal nya yang tak kunjung berakhir mulai menggerogoti tubuh nya lagi.

Namun, belum begitu jauh ia melangkah, seketika ia berhenti dan berbalik kembali karena mendengar Mr. Hemish yang terbatuk. Lalu dia mengambil Air putih yang berada di meja kerja Mr. Hemish.

"Are you okay, sir?" Tanya nya pada Mr. Hemish.

"I-i'm okay." Jawab Mr. Hemish disela batuk nya yang belum juga berhenti.

"Panggil Rob saja!" Seru nya. Dia berbaring pada sofa empuk merah, lemah.

Dan kemudian, Mr. Leighton menelfon Rob; Salah satu sekertaris pribadi nya. Perasaan nya cukup ketar-ketir akan keadaan Mr. Hemish yang begitu tiba-tiba. Dan seperti nya dia punya penyakit khusus, entah itu apa.

"Hallo, Robbie!" Ucap nya sambil bertolak pinggang.

"............"

"Cepat ke ruang Mr. Hemish sekarang juga! Seperti nya penyakit nya kumat lagi. Tapi sungguh, Aku sama sekali tidak tahu menau kenapa dia beg---"

"..............."

"Ya! Cepat!"

Dia memijat pelipis nya sambil mundar-mandir. Sedangkan Mr. Hemish masih berbaring di atas sofa. Dan suara batuk nya tak kunjung reda. Malah lebih parah dari beberapa menit yang lalu.

---

Bloody LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora