The Day

1.6K 58 2
                                    

Hari ini mentari tersenyum penuh, ikut bergembira atas mereka yang sedang menahan rasa bahagia.

Mereka, yang sudah mengucap janji suci sehidup semati.

"Kau boleh menciumnya sekarang, Mr. Hemish." Ucap pendeta itu, sambil tersenyum penuh ke arah mereka berdua yang sedang hanya bisa diam dalam keringat dingin yang mengalir.

Lelaki itu menatap gadis di hadapannya, dan perlahan membuka penutup wajahnya.

Seluruh mata tertuju ke arah mereka seakan menunjukkan bahwa ini yang mereka tunggu sejak tadi.

Perlahan lelaki itu mendekat, dan mencium bibir gadis itu lembut. Dan gadis itu membalas ciumannya singkat.

Tepuk tangan mereka menyadarkannya bahwa mereka tidak bisa berlama - lama.

"Kenapa kau melepasnya?" Bisik lelaki pirang itu.

"Ugh, aku risih. I-ini ramai sekali, Theo." Ucap gadis itu gugup.

"Kalau begitu, kau berhutang banyak padaku nanti malam, Love." Ucapnya sambil menunjukkan senyum aneh yang membuat gadis itu bergidik ngeri.

Acara berlangsung sangat cepat. Dan tibalah di saat matahari berganti posisi dengan bulan.

Di saat di mana ini menjadi malam yang berharga untuk mereka yang masih saja penuh akan rasa canggung.

Ya.

Walaupun mereka sudah terikat janji suci, gadis itu masih saja tidak terbiasa dengan keberadaan Theo. Gadis itu menyuruh Theo untuk berbalik badan selama dia berganti baju.

"Apa alasanmu memilihku?" Tanya Aorta yang sedang mengambil baju santainya.

"Karena aku mencintaimu, bodoh." Ucap Theo sambil terkikik geli.

Gadis itu mencoba untuk menggapai sleting gaunnya, "Lalu kenapa kau mencintaiku?"

"Apa perlu kujawab pertanyaanmu?"

"Tentu saja! Semua perlu alasan, Mr. Hemish." Gadis itu masih saja kesulitan untuk membuka sleting gaunnya.

"Baiklah, Mrs. Hemish,"

"Itu sama saja seperti kau bertanya apa alasan aku bernapas," Tanpa ia tahu, bahwa lelaki itu sudah ingkar janji, dan malah sedang berjalan ke arahnya.

Lelaki itu memeluknya dari belakang, yang membuat Aorta terkejut tetapi tak bisa berbuat apa - apa. Dia membeku.

"Tidak ada alasan. Itu kebutuhan."

Hembusan nafasnya yang begitu memburu, membuat sekujur tubuhnya membeku, bergetar, dan seolah - olah kehilangan fungsi untuk bergerak.

"Cause i'm bloody in love with you, Dendlonia Hemish."

Dan malam itu benar - benar menjadi malam terbaik mereka. Merasakan sebuah rasa yang bercampur aduk dan begitu indah walau sekejap saja, menambah arti bahagia dalam hidupnya.

---

Lain hal dengannya yang sedang menyantap makan malamnya yang hening karena hanya ada dia dan seorang wanita tua di depannya.

"Aidan," Ucap wanita itu di sela - sela bunyi sendok dan garpu yang mengisi keheningan.

Lelaki itu menoleh ke arahnya, "Ada apa?"

Wanita itu menyudahi makannya, dan mengusap sekitar mulutnya.

"Aku tahu kau bosan dengan kegiatanmu sekarang, setelah kau lulus dari kuliahmu. Kalau kau mau, kau bisa sesekali mengunjungi Cafe milikku-- tentu milikmu juga di dekat taman kota. Itupun kalau kau mau."

Lelaki itu mengunyah makanannya pelan sambi berfikir, "Bagaimana kalau aku bekerja disana? Untuk sementara ini? Boleh?"

"Dengan senang hati, anakku." Wanita itu tersenyum penuh.

Setidaknya dia mencoba untuk tidak menjalani kehidupan yang membosankan. Mencoba hal baru, dan sedikit membuat masalah mungkin akan membantu.

Atau mungkin akan jadi lebih membosankan?

Atau mungkin juga akan sangat menyenangkan?

Yang pasti, dunia penuh kemisteriusan.

- THE END -

Bonus chapter yg kedua kalinya!!!! Yeyeyeyey! Tambah penasarankan?

Btw, kisah Aidan akan dilanjutkan di cerita baru Author yang coming soon, judulnya:

Lavender

Yess! Its confirmed ya. Jadi yg kemaren2 itu berita lama.

Udah deh, byee!
See ya soon!

Salam Jari Jempol,
Tiestco :)x

Bloody LoveWhere stories live. Discover now