Nineteen - The Trou'bee' Makers

1.4K 92 0
                                    

"Oh, baiklah. Kau menang lagi, McGregor." Lelaki itu tersenyum kecut sambil bertopang dagu.

Sedangkan gadis di hadapannnya ini masih tertawa terbahak - bahak sambil memegangi perutnya yang sakit.

"Dengan syarat, jangan sampai fotoku tersebar! Awas sampai tersebar, orang pertama yang akan kubunuh adalah kau!" Ancam Aidan dengan tatapan menyeramkannya yang seperti psikopat.

Aorta menghentikan tawanya, lalu terkikik kecil.

"Oh, c'mon. Fotomu hanya akan menjadi bahan ancaman kalau kau macam - macam padaku." Ucap Aorta sambil menjulurkan lidahnya, mengejek.

Aidan memutar bola matanya, "Kau berharap sekali aku berbuat macam - macam padamu, uh - huh?" Tanya Aidan sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aorta mengerutkan dahinya, melihat lelaki dihadapannya ini yang amat sangat berbeda seperti awal pertemuan.

"Kau tahu apa? Kau aneh." Ujar Aorta, masih membeku.

Aidan tergelak, "Itu berarti, kau berhasil membuatku memperlihatkan sisi lainku. Berbanggalah!"

"Ah, really? Aku pikir kau punya kepribadian ganda." Ucap Aorta yang membuat Aidan memberi tatapan tajam padanya.

"Tidak mau kutraktir McDonald's sepertinya, ya?"

"Aku hanya bercanda, bodoh. Ayo!" Aorta bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar mendahului Aidan.

Sampai di tengah jalan, sebuah tangan menggenggam pergelangan tangan kiri Aorta begitu erat.

"Ayo, ikut!" Ucap lelaki itu menariknya.

"Hey, lepaskan! Kau--- Theo? Kau-- hey! Lepas! TOLOOON--Hmmpph.. hmmp!" Theo membungkam mulutnya dengan tangan kirinya.

Dia menyeret Aorta untuk masuk ke dalam mobil.

Aidan yang harus membayar kopi mereka terlebih dahulu kehilangan jejak Aorta.

"Aorta? Astaga. Tidak lucu, sungguh. Hey! AORTA! DIMANA KAU?" Teriak Aidan, yang membuat para pengunjung melirik kearahnya.

Sedangkan dia; si penculik langsung menancap gas, tanpa memperdulikan teriakan Aorta.

Ting!

Pesan masuk.

from: 18824xxx

Bodoh! Kau dimana?! Kenapa kau tidak ada di parkiran?!

Aidan.

Aidan bisa mengetahui nomornya karena pada saat dia tidur, Aidan mengambil ponselnya.

Aorta terbelalak.

"Dari Aidan, hm?" Tanya lelaki di sampingnya.

"TENTU SAJA! KAU SUNGGUH, AKU TIDAK MENGERTI MOTIF PENCULIKAN INI APA, DAN KENAPA KAU MENCULIKKU?!"

"Kecilkan suaramu, anak manis. Aku hanya ingin mengantarmu pulang."

"Bodoh sekali! Kau tidak perlu menggunakan cara seperti tadi! Sekarang bagaimana dengan Aidan?!"

"Kau mengkhawatirkannya?"

"BODOH!"

To: 18824xxx

Dadku menjemput. Aku harus pulang sekarang juga, karena ada urusan. Maaf ya, tidak pamit.

"Tadi ayahmu bilang kau boleh menginap di rumahku, menjadi asistenku."

"Tukang pembohong! Siapa yang percaya pada penculik."

"Aku serius. Baju - bajumu sudah diantar ke rumahku. Ini kalau kau tidak percaya." Theo menyerahkan ponselnya pada Aorta.

Bloody LoveWhere stories live. Discover now