Twenty One - Like Tomato

1.4K 80 0
                                    

Sinar lampu berwarna kuning itu merambat lurus, menerangi jalanan sepi nan gelap, memberi penerangan untuk dia yang mengendarai mobil sendirian karena si penumpang sudah tertidur lelap.

Dia memberhentikan mobilnya untuk beberapa detik sampai salah satu security- nya membukakan gerbang, dan dia kembali mengendarai mobilnya hanya sampai di depan rumahnya.

Ingat, ada supir yang akan memarkirkan mobilnya yang berserakan dimana - mana.

Dia melirik ke arah dimana si penumpang duduk, dan mendapatinya masih tertidur lelap.

Dia pun keluar dari mobilnya, dan berjalan ke arah pintu mobil si penumpang.

Karena tidak tega, lelaki itu menggendong si penumpang, sampai ke dalam rumahnya.

Kreeettt

"Aku pul-- hey, ada apa ini? Luke? Kenapa kau disini?" Lelaki itu bertanya kepada mereka yang kini duduk di sofa berderetan dengan tatapan serius.

Mereka, seorang lelaki bernama Ben, seorang wanita bernama Elle, dan seorang laki - laki dengan pakaian berantakan bernama Luke yang duduk dengan nintendo di genggamannya, dan seolah tak mendengar Theo.

Ben berdiri, dan berjalan mendekati Theo yang sedang menggendong Aorta yang tertidur pulas sampai - sampai terdengar dengkuran halus.

"Baringkan dulu dia di kamar yang kosong." Ucap Ben yang tetap berdiri di depan Theo seolah masih ada yang ingin dia ucapkan.

Ben mendekatkan wajahnya kearah telinga kanan Theo, "Kalau kau berani, taruh di kamarmu juga tak apa. Kau pemilik rumah, kau bisa berkata apa saja setelah dia bangun nanti." Ucapnya sambil menyeringai.

Theo menggeleng, sambil tersenyum jahil mendengar  ucapan asistennya ini, "Aku ingin dia nyaman tinggal disini. Dan bukan tidak berani, aku hanya menghormati privasinya, sampai dia menerima kehadiranku di hidupnya." Jelasnya.

Ben tersenyum mengejek, "Baiklah kalau begitu, Tuan Hemish. Silahkan kau baringkan dia, lalu kita bahas masalah anak itu." Ucap Ben sambil melirik Luke yang sibuk memainkan nintendonya.

Theo melenggang pergi, menuju kamar tamu yang kosong dan membaringkan Aorta.

---

"Ada apa kau kemari, Luke?" Tanya Theo yang menghempaskan tubuhnya ke sofa, melepas pegal.

Luke menoleh kearahnya, dan menaruh nintendonya.

"Oh ayolah, Theo. Apa salahnya aku--"

"Bersikaplah yang sopan, Anak muda." Sindir Ben yang membuat Luke menghentikan ucapannya, dan memutar kedua bola matanya, tak perduli.

"Ah, baiklah. UNCLE Theo, memang kalau aku kesini tidak boleh?"

"Bukan, bukan begitu. Tetapi Quinn tidak bilang apa - apa padaku kalau dia menitipkanmu disini--"

"Dia kabur, Theo." Ucap Ben dengan santai.

Theo membulatkan matanya, "Apa?!"

Elle dan Ben mengangguk.

Sedangkan Luke hanya terdiam, menundukkan kepalanya.

"Dia kabur dari rumah Quinn, dan Quinn tentu tidak tahu karena dia-- kau tahulah, dia b-berlibur bersama Tred." Jelas Elle.

"Yasudah, kau boleh tinggal disini sampai Quinn tidak bertanya tentangmu padaku, Lucas." Theo melenggang pergi ke kamarnya, dan bersih - bersih.

Luke tersenyum puas mendengar ucapan pamannya yang hanya berbeda 5 tahun ini.

Dia memang yang terbaik!

Bloody LoveWhere stories live. Discover now