Twenty - That day, and Now.

1.4K 83 3
                                    

Melodi klasik dari piringan hitam menemani makan malam kecil mereka yang hanya dihiasi lilin remang - remang.

Lelaki berambut pirang itu berdeham kecil, "Jadi, bagaimana? Aku rasa perjodohan ini akan berjalan begitu sempurna." Ucapnya.

Lelaki yang duduk di sebrangnya tersenyum penuh, "Aku pikir juga begitu. Tetapi ini akan berjalan sangat lama, maksudku kau tahu, menunggu mereka tumbuh besar seperti menunggu tumbuhnya rambut panjang di kepala botakmu." Candanya, yang membuat mereka tertawa.

"Aku setuju sekali. Tenang saja, McGregor. Yang terpenting adalah, jangan sampai kita putus komunikasi. Aku harap, rencana besar kita ini akan berjalan sesuai yang kita inginkan."

Gesekan pisau dan garpu terdengar tak berirama, menambah ramainya makan malam mereka yang hanya berempat.

"Mengenai Rave, kau serius akan memaksanya untuk meneruskan perusahaanmu?" Tanya wanita berkonde itu.

"Ya, mau bagaimana lagi. Kau tahu anak kami hanya dua, Madison." Jawab wanita yang duduk di samping lelaki berambut pirang itu.

"Lagipula, kalau dia tidak mengurus perusahaan, bagaimana rencana kita akan berjalan, ya 'kan, Arthur?"

Lelaki di sebrangnya mengangguk mantap.

"Jadi kapan kau akan berangkat ke Boston?"

"Lusa. Jadi, aku hanya punya waktu sedikit sekali di Indonesia."

"Hmm, mungkin saat Aorta menginjak umur ke 18, kami pun akan menyusul kalian."

"Ya, masih lama sekali, bukan? Sebelas tahun lagi."

"Tenang saja. Waktu berjalan pasti sangat cepat kalau tidak ditunggu. Aku tidak sabar menanti dimana pertunjukan ini akan dimulai."

"Ah, aku juga. Tetapi apa perjodohan ini tidak memaksa Rave?"

"Aku bisa pastikan dia menyukai anakmu itu. Dia selalu bercerita tentang Aorta dengan Sara. Ya, 'kan, Sayang?" Tanya lelaki itu pada wanita di sampingnya.

"Benar sekali." Ucapnya, yang kemudian disambut tawa untuk meramaikan suasana malam yang sunyi.

Lelaki itu tersenyum menatap indahnya Kota dari balkon rumahnya. Ditemani secangkir kopi hitam yang begitu pahit selalu menjadi andalannya setiap saat.

Dia termenung, mengingat malam itu.

Saat mereka merencanakan hal besar, yang saat ini sedang berjalan.

Dia menyeruput kopinya yang masih mengebul.

"Mr. Hemish?" Suara seseorang yang berasal dari belakangnya, membuatnya membalikkan tubuhnya.

"Ya, ada apa, Robbie?"

"Keluarga McGregor sudah sampai." Ucap asistennya itu.

Lelaki itu berbinar - binar mendengarnya. Dia segera masuk ke ruangan kerjanya.

"Oh, bagus. Suruh Alice untuk membereskan barang - barang mereka ke kamar tamu."

"Baik, Sir."

---

"Whoa, McGregor!" Serunya, sambil merentangkan kedua tangannya, welcome back hug.

Lelaki yang duduk di sofa, bersama wanita berambut pendek, dan seorang anak laki - laki, beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan kearah Mr. Hemish, menyambut hangat pelukannya.

"Astaga, akhirnya setelah sebelas tahun sudah, kita bertemu kembali, McGregor!" Mr. Hemish menepuk - nepuk punggung lelaki itu, melepaskan kerinduannya pada sahabatnya ini.

"Dan tidak kusangka, semua ini berjalan sempurna seperti yang kita rencanakan." Ucap lelaki itu sambil terkekeh kecil.

Mereka melepas pelukannya.

"Masih ingat dengan Madison?" Tanya Mr. McGregor.

"Tentu! Astaga, rambutmu jadi pendek sekarang, ya? Dan hey, kau Niall?" Mr. Hemish mengalihkan pandangannya pada seorang anak laki - laki berambut coklat.

"Iya, uncle." Jawab Niall singkat.

Mr. Hemish mengacak - acakan rambutnya, "Ah, tampan seperti ayahnya."

"Silahkan duduk, ayo!" Serunya, mempersilahkan kembali tamunya untuk duduk.

"Jadi sudah sejauh apa perkembangannya?"

"Tinggal menunggu mereka jatuh cinta." Ucap wanita berambut pendek itu sambil terkekeh kecil.

"Mereka sekarang sudah tinggal bersama, sesuai rencana."

"Bagus. Aku tahu ini akan berjalan sangat sempurna sejak dulu sekali."

"Rave sendiri tidak tahu menahu tentang perjodohan ini?"

"Tentu saja! Kau tahu, aku berpura - pura sakit ginjal, agar dia mau menggantikanku menjadi dosen untuk sementara di kelas kedokteran, agar mereka bertemu. Dan aku tahu apa yang akan dilakukan Rave, karena sampai sekarang anak itu masih menyimpan foto - foto anakmu yang dulu dia foto diam - diam." Jelasnya.

Mr. McGregor menggeleng - gelengkan kepalanya, sambil mengangkat telunjuknya, "Astaga, Hemish. Kau benar - benar gila!"

"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Yang terpenting, aku sudah mencoba sebisaku. Aku tidak ingin mengingkari janjiku pada Sara. Jadi, hanya ini yang bisa kulakukan."

Sara, istrinya yang sudah tak lagi berada di alam yang sama, memiliki perjanjian dengannya sebelum Sara meninggal.

Yaitu, menjodohkan anak mereka, dengan keluarga McGregor.

"Dan, kalau mereka tidak berjodoh, aku takkan memaksa. Apa salahnya mencoba, bukan?"

"Tentu." Sahut Arthur McGregor.

-Tbc

Nah yoh looh!

Cerita ini makin memanas saja, bung!

Ashyik khan dubel updates? ;) iya dunks, author lagi baik hati nih. Anggap saja THR dari author xxx

Adain QOTC ya :)

Menurut kalian, Apa arti (definisi) Cinta? Dan bagaimana bisa kalian menyebut sebuah perasaan itu dengan nama Cinta?

Salam Jari Jempol
(Karena username ganti,)
Tiestco x.

Bloody LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora