Bab 33. Unexpected Couple

40 16 38
                                    

Paling deg-degan kalau sudah berurusan sama ujian. Meski bukan ujian akhir semester tapi tetap saja membuat jantung jadi berdetak tak karuan. Alasan lain yang membuat diri gugup selain saat jatuh cinta.

Beruntung Gina memiliki kesiapan yang sangat matang. Belajar dengan giat mempermudah baginya menjawab seluruh pertanyaa yang tertera. Meski waktu malam harus dia habiskan mendengar celoteh Henan yang lebih banyak unsur tidak penting dan gombalannya. Gina bisa punya teman untuk menemani kala ngantuk berat menyerang. Salah satu peran Henan menjadi kekasihnya.

"Gina!"

Kepalanya menoleh niatan memandang pelaku yang memanggil. Seketika wajahnya penuh akan senang dengan senyum lebar.

"Hai, Bey," sapanya.

Abey tanpa basa-basi lantas melingkarkan lengan di pergelangan Gina.

"Malam ini nge-date, yuk!"

"Nge-date?" Abey mengangguk. "Sama siapa?"

"Lah? Lo lupa sama pacar lo sendiri?"

"Maksud gue bukan itu," sanggah Gina yang mendapat kekehan pelan. "Gue tahu jelasnya bareng Henan. Yang gue maksud lo. Sama siapa?"

"Mavi dong! Siapa lagi?" jawabnya penuh mantap.

Menatap raut wajah Gina yang penuh tanda tanya kembali membuatnya tertawa.

"Gak jadian memang tapi masa iya, gue jadi nyamuk antara lo sama Henan? Ajak Mavi biar gue gak sendirilah."

"Gak apa?" tanya Gina.

Dirinya hanya merasa tak enak dengan gadis itu. Membuat otaknya kembali menayangkan bagaimana kejadian bodoh di masa kemarin.

"Masa lalu sudah lewat, Gin. Harus berapa kali gue bilang kalau semuanya sudah baik-baik saja? Perasaan bakal berubah seiring waktu. Bukan karena lo tolak Mavi, gak ada cewek yang bakal cantol lagi sama dia. Hell, sahabat gue itu gak boleh melajang seumur hidup." Abey menampakkan raut ngeri akan bayangan imajinasinya.

Gina tersenyum lucu. "Pasti bakal dapat yang lebih baik kok. Lo juga."

Tiba-tiba, tangan yang terangkul itu Abey gerakkan dengan wajah yang malu-malu. Gina yang menatap lantas menaikkan satu alisnya.

"Gin, sebenarnya gue lagi suka sama seseorang sekarang," ucap Abey.

Gina seketika memelotot. "Serius? Siapa?" Ingin rasanya gadis itu menjerit kesenangan. "Oke, oke. Kita jangan bahas di sini. Panggil Sela dulu terus kita bareng-bareng ke kafe."

Abey yang terkikik bersama Gina yang kesenangan. Keduanya berjalan beriringan masih dengan lengan yang saling melingkar. Mencari kelas Sela dengan langkah yang terbilang buru-buru. Kala sudah bertemu tanpa menunggu banyak waktu mereka lantas minggat menuju kafe langganan mahasiswa kampus.

"Yang benar lo lagi suka sama seseorang?" tanya Sela penuh semangat.

Pertanyaannya lantas dijawab dengan anggukan kepala serta pipi yang merona.

"Ayo cerita, Bey," tutur Gina.

Gadis itu bersama Sela sudah duduk siap seraya memasang telinga. Memandang penuh antusias pada Abey yang nampak geregetan dengan dirinya sendiri.

Abey berdeham singkat. "Dari mana ya, ceritanya? Intinya awal ketemu tuh, waktu gue mau ke parkiran temui Mavi. Dia buru-buru, gue juga buru-buru. Jadi pas di pintu keluar gedung utama kampus kita gak sengaja tubrukan."

"Terus, terus?"

"Terus ... bentar gue minum dulu." Iklan sejenak untuk menghilangkan dahaga bercampur gugup. "Gue gak kenal siapa tapi dia tahu nama gue. Pas saling tatap bukan main ... manisnya gak ketulungan!" pekiknya kecil di akhir.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora