Bab 25. Sudah Dimulai

27 14 36
                                    

Semuanya kembali dalam keadaan semula. Atau mungkin lebih tepatnya, tidak ada yang berubah. Hanya dua anak manusia ini saja yang terlalu banyak tingkah dan drama. Kemarin seharian penuh tak bertemu, Jeon yang melapor Gina jalan pulang bersama Mavi, kini kembali terlihat dekat bersama Henan dengan keributan yang membuat Sela, Delio, sampai Jeon geleng-geleng kepala.

"Salah lo lah! Kan, gue sudah kasih tahu buat singgah dulu. Lo sih, main asal terobos," sahut Gina dengan kesal.

"Kalau kita singgah yang ada bakal telat. Lo gak lihat sekarang jam berapa?" balas Henan. "Lagian itu cuman cimol lima ribuan. Nanti bisa beli lagi. Gak bakal lari akangnya."

Gina cemberut. "Tapi kan, lo bisa pelan-pelan. Gak main asal gas kayak tadi. Kiranya gue gak kaget apa?"

"Lonya saja yang terlalu ringan. Disuruh rajin makan gak mau. Ditiup angin terbang lo nanti."

"Pengin gue betot kepala lo lama-lama. Dari tadi ngebantah gue terus."

"Lo bukan Mama gue. Jelas punya hak buat ngebantah."

"Henan, kebetulan di sini luas. Gelut yuk?" Gina sudah mulai kesal.

"Gue sayang sama lo. Gak mau lo luka-luka." Gina berdecih mendengarnya. "Gak usah banyak omel. Masih pagi. Sudah sarapan belum? Tadi gue lihat tukang bubur gak ada hari ini," cercos Henan seraya melepas pengait helm Gina.

Gina menyingkirkan rambut yang sejenak menutup mata. "Hari ini gue gak minat sarapan. Tadi cimol gue sudah jadi bentuk mau makan pagi tapi lo jatuhkan," jawabnya.

Henan seketika menatapnya diam. "Cimol bukan untuk sarapan. Gak usah pakai acara gak minat. Benaran mau jadi manusia kertas?"

Plak!

"Akh!"

"Makan tuh, manusia kertas," sindir Gina. Melepas helm yang kemudian digantung di kaca spion motor Henan.

Pagi ini Gina kembali berangkat ke kampus bersama lelaki itu. Lumayan hemat bensin tapi kasihan juga kalau motor hadiah dari Bunda menganggur di indekos. Lain kali dirinya akan ke kampus duluan. Masa bodoh sama Henan yang menjemput dan stay di depan gerbang.

Sedangkan Henan hanya mampu menatap kepergian Gina seraya mengelus helm yang masih terpasang. Mulutnya monyong-monyong mengumpati gadis itu dengan kalimat sayang. Dan di balik pertengkaran keduanya di area parkir, ketiga manusia itu senantiasa berdiri menonton aksi mereka.

Kini Gina berdiri di depan ketiganya. Menatap secara bergantian dengan pandangan heran. "Kalian ngapain berdiri di sini? Tunggu siapa?" tanyanya.

"Gak tunggu siapa-siapa. Cuman nonton drama pagi doang," jawab Sela. Gina semakin menyerit dibuatnya.

"Sudah baikan? Kemarin Henan gak marah-marah sama lo, kan?" Kali ini Jeon yang membuka suara.

"Gak tuh. Biasa saja. Cuman dia buang roti bakar gue semalam. Ck! Padahal lagi enak-enaknya makan malah dibuang." Seketika Gina kembali kesal mengingat nasib roti bakar penuh kemalangan.

"Kenapa dibuang?" Delio bertanya.

Wajah Gina kembali sungut. "Gak tahu! Gak jelas anaknya. Cuman karena makanan itu dibeli sama Kak Mavi malah dibuang. Gak sopan banget," gerutunya.

Ketiganya saling bertukar pandang seketika. Kini Sela menghela napas penuh kejengahan.

"Gina, lo gak ketularan penyakit Kak Mavi kan?" Gina berkedip kemudian menggeleng. "Iya, lo sudah ketularan. Lo gak peka," ujar Sela.

Namun, gadis itu masih saja menunjukkan raut kepolosan penuh tanda tanya. Jeon angkat tangan, berlangsung pamit menuju fakultasnya. Disusul Delio kemudian setelah menyempatkan diri meninggalkan sebuah kecupan manis pada pipi Sela. Gina bergidik menatap. Pasangan yang terlalu terang-terangan pikirnya.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Onde histórias criam vida. Descubra agora