Bab 13. Ikat Rambut dan Couple Keyring

31 18 64
                                    

Gina tidak paham, sedari tadi dirinya hanya berjalan berdampingan dengan Henan untuk memutari mal. Padahal di awal beranjaknya mereka berdua karena lelaki itu ingin meminta ditemani membeli sesuatu. Namun, tehitung hampir tiga puluh menit keduanya hanya sibuk terus dalam berjalan kaki.

Well, setidaknya dia merasa tidak buruk-buruk amat. Masih ada minuman Latte Ice milik Henan yang dia nikmati. Menanyakan di mana Lemonade miliknya, sudah habis lebih dulu saat mereka berjalan keliling. Salahkan Henan yang sampai sekarang belum memutuskan untuk singgah ditujuan.

Minuman milik Henan otomatis diminum Gina menggunakan pipet yang sama. Dia tidak sebodoh itu. Tentu saja arah pipet di balik untuk menukar bekas Henan di bawah. Yang ada nanti Gina merasa berciuman secara tidak langsung dengannya. Meskipun sempat anak itu mengatakan tidak apa-apa. Itu mah, dienaknya dia saja.

"Lo mau ke mana sih, Hen? Dari tadi putar-putar mulu. Kiranya gak capek apa," keluh Gina.

"Lah? Gue kira lo yang mau singgah di mana." Henan menoleh.

Gina memasang muka tidak percayanya. "Ini anak. Kan tadi lo yang bilang mau ditemani? Kok malah gue?" protesnya.

"Oh, iya. Sorry, lupa gue." Henan hanya membalasnya dengan sebuah cengiran. Membuat Gina hanya berdecak kesal dengan kelakuannya.

"Eh, bentar. Kebetulan lewat sini, mampir di toko aunty gue dulu, ya? Mau tanya buku," pinta Gina. Henan hanya memberinya sebuah anggukan setuju dan mengekori.

Henan ikut masuk ke toko yang lumayan besar dan mulai merasakan bau harum dari buku-buku yang terpajang. Pengunjung yang datang juga lumayan banyak. Terlihat dari beberapa kursi dan meja yang disediakan toko milik Tante Gina nampak terisi hampir semuanya. Henan baru tahu kalau Gina mempunyai toko buku di mal, meskipun bukan seutuhnya miliknya.

"Aunty!"

Tantenya yang tengah sibuk menyusun buku dalam rak lantas menoleh. "Loh? Gina? Datang sendiri?"

Yang ditanya menggeleng. "Sama teman."

Tantenya beralih pada Henan yang berdiri di belakang. Tersenyum manis seraya mengangguk untuk memberi sapa.

"Temannya cowok, nih?"

"Hah?"

Gina masih belum paham maksud dari raut wajah yang tantenya tunjukkan. Tersenyum namun seakan memberikan suatu makna di sana.

"Gak ada," elak tantenya. Dia kembali menatap Henan dengan senyum. "Halo, sayang. Nama kamu siapa?"

"Henandika Tatum, Tante. Panggilnya Henan," jawab Henan sopan seraya menampilkan senyum menawannya.

"Aduh, Nak Henan. Kok mau-mau saja direpotin sama Gina? Anaknya memang gak tahu malu."

Gina terkejut. Terlampau bingung maksud dari tantenya ini. Sedangkan Henan, dirinya hanya tertawa kecil mendengar lantunan wanita muda itu.

"Gak kok Tan. Saya yang ajak keluar," sahut Henan.

Tantenya Gina mengangguk paham. Gina merasa merinding dengan gelagat saudari ibunya ini. Benar-benar aneh dan baru pertama kali dirinya melihat seperti ini.

"Aunty ngomong apa, sih? Gak mikir yang aneh-aneh, kan?" selidik Gina.

"Apa sih, kamu? Gak usah kepo." Dibalas tawa kecil yang berhasil membuatnya kesal.

Henan hanya diam tak bereaksi. Cukup menatap interaksi antara kedua perempuan di depannya ini. Soal paham maksud yang barusan Tante Gina bilang, Henan bukan orang bodoh untuk pura-pura tidak tahu. Itu sudah terlalu jelas.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Where stories live. Discover now