Bab 07. Diantar Pulang

49 22 94
                                    

Henan yang rencananya akan pulang bersama dengan saudara kembar berakhir pupus. Dikarenakan Jeon yang mendapat kelas tambahan mendadak, sedangkan Nanda yang notabenenya anak itu memang punya kelas yang super duper sibuk tidak ketulungan. Berakhir tinggal dirinya yang mendesah berat sudah putus asa menunggu di parkiran.

"Kenapa juga gue doyan ajak mereka pulang bareng? Sudah tahu mereka sibuk, haduh," monolognya. Mungkin sudah jadi kebiasaan Henan berbicara sendiri.

Dari pada terlihat seperti pria kasihan layaknya habis putus cinta, akhirnya Henan menyalakan mesin motornya untuk bergegas pulang. Baru saat dirinya ingin menarik gas, secara kebetulan matanya mendapat Gina yang baru saja lewat tidak jauh di depannya. Cukup penasaran dengan anak gadis itu yang mana tengah berjalan sembari menatap ponsel. Lantas Henan melajukan motornya untuk mendekati Gina.

"Woi!"

"Anak monyet!" kaget Gina.

Masih baik ponsel dalam genggamannya tidak terbang bebas di udara. Kepalanya lantas mendelik dengan cepat ke arah Henan. Mana anak itu hanya tertawa cekikikan layaknya tanpa dosa.

"Kaget, Henan!" serunya seraya mengelus dada.

Masih dengan cengirannya. "Baru pulang lo?" tanya Henan.

Dia bahkan sudah mematikan suara mesin motornya. Hanya dengan posisi duduk santai di atas motor dengan kedua kakinya yang dijadikan sebagai penopang agar motornya tetap tegak.

"Iya. Kenapa?"

"Lo setiap gue tanya pasti jawabnya ada kenapa terus. Sensi banget ya, sama gue?"

Gina menatapnya dengan sebelah alis terangkat. "Baru sadar? Atau, perlu gue kasih sadar?"

Henan hanya memberinya decakan singkat sebelum mereka kembali dalam keterdiaman. Tidak ada yang membuka suara sebelum Henan menyadari kalau gadis ini tidak membawa motornya ke kampus.

"Lah? Motor lo mana? Gak naik motor lo ini hari?"

Gina mengangguk. "Motor gue dipinjam sama teman kos buat keluar kota."

"Dih? Gak tahu diri banget. Terus lo pulang naik apa kalau gak ada motor?"

"Taksi diciptakan untuk apa? Bus? Ojek?" Dan di akhir Gina hanya merotasikan matanya benar-benar malas melihat Henan.

"Iya, tahu. Tapi kan, borosnya malah dapat di lo. Bagaimana, sih?"

Gina memilih diam tak menjawab dan fokus pada ponselnya. Kali saja teman lain di kosnya bisa datang untuk menjemput. Ingin naik taksi sebenarnya dia malas untuk mengeluarkan uang. Salahnya terlalu rendah hati untuk meminjamkan motornya tanpa berpikir dua kali.

Tapi sepertinya hari ini takdir untuk mengeluarkan uang berpihak padanya. Beberapa teman kosnya tidak aktif dihubungi, sisanya mereka benar-benar punya kesibukan masing-masing. Gina mendesah dalam hati. Kebiasaan sekali mereka pasang berbagai alasan. Giliran saat mereka meminta tolong bicaranya diberi bubuk pemanis sampai ingin dibuat muntah. Saat sekarang mana ada yang ingin peduli.

Menghubungi Sela, anak itu juga hari ini tidak bawa motor. Orang yang sudah punya pacar mana keseringan untuk bawa motor, hampir tiap hari diantar jemput. Hari ini juga, Gina punya jadwal kelas yang berbeda dengan teman gadisnya itu, menyebabkan dirinya lebih cepat pulang dibandingkan hari biasanya.

Gina kembali mendesah berat. Tidak ada pilihan lain selain dirinya benar-benar harus pulang dengan menggunakan taksi. Terpaksa harus mengeluarkan uang yang terbilang lumayan memberatkannya.

"Jadi, bagaimana caranya lo pulang?"

Tubuh Henan yang dicondongkan ke depan untuk menyamankan posisinya di atas motor. Kedua tangan dijadikan simpuhan pada atas kepala sang roda dua.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Where stories live. Discover now