Bab 20. Sesuatu Yang Berbeda

30 17 61
                                    

"Dicari nyatanya ada di sini." Henan mendudukkan diri pada bangku panjang di samping Gina.

"Mang, bubur ayam satu, ya. Kayak biasa."

Gadis itu hanya menatap Henan sekilas tanpa niatan. Ponselnya lebih menarik perhatian ketimbang kedatangan lelaki maniak Shin-chan itu. Pagi tadi yang memang sempat mendapat pesan menanyakan pasal waktu keberangkatannya ke kampus namun diabaikan.

Henan yang mendapat balasan abai hanya diam menatap. Sedikit bertanya-tanya pasal sebab Gina nampak tidak mengambil pusing kedatangannya.

"Silahkan Mas, Neng."

Semangkuk bubur yang hadir di depan keduanya membuat Henan mengalihkan perhatian.

Sejenak mencuri pandang pada sebotol bumbu kecil yang dekat dengan bubur Gina. Dirinya lantas memasang senyum penuh ejek.

"Gulanya awas tertukar sama garam."

Gina mendengar sahutan Henan sejenak memandang dan beralih menunduk. Decihan halus terlontar dari mulutnya. Ponsel dalam genggaman di lepas dan ditaruh agak jauh dari buburnya. Mengaduk sarapan pagi untuk memulai makan dengan gula yang tidak boleh dilupa.

Lagi-lagi Henan mendapat pertanyaan aneh dalam kepalanya pasal acuh tak acuh yang Gina berikan. Tidak seperti hari kemarin. Padahal mereka tidak memiliki masalah baik kecil maupun besar. Jalan bersama, damai, makan makanan pinggir jalan, dan menikmati langit malam. Lantas, apa kesalahan Henan yang membuat anak itu kini terlilhat tidak menunjukkan kepeduliannya?

Memilih untuk tidak terlalu mengambil pusing, Henan menyusul Gina untuk menikmati sarapan. Walaupun sesekali masih mencuri perhatian dari sudut matanya. Gina nampak makan dengan begitu tenang. Meksi agak aneh baginya sebab beberapa kali gadis itu menuangkan gula yang kemudian di aduk dan masuk ke mulut.

Gina menoleh dengan mulut yang mengunyah. Saling betukar pandang pada Henan yang juga menatapnya diam.

"Apa?" tanyanya.

"Gak ada apa-apa," jawab Henan. Gina melanjutkan kembali makanannya dan tidak peduli.

Henan menghela napas. "Lo kenapa? Ada masalah pagi?"

"Gak ada apa-apa," gantian kini Gina menjawab dengan kalimat yang sama. Kepalanya masih enggan untuk menoleh pada lelaki itu.

"Terus ada salah sama gue?"

"Gak."

Henan melepas sendoknya. "Gak usah pakai acara ngambek segala. Kalau gue punya salah sama lo langsung bilang, kasih tahu. Gue bukan dukun bisa tahu isi pikiran lo," pukasnya.

"Dibilang gak. Berisik lo, mending diam. Pamali bicara sambil makan," ketus Gina.

"Ck!" Henan membuang muka. Menyuapi diri dengan sedikit kasar. "Cewek memang selalu begitu. Minta dimengerti tapi gak mau kasih tau hal apa yang mau dimengerti. Maunya harus cowok yang cari tahu sendiri."

Gina menoleh merasa tersindir. "Maksud lo?"

"Ya, begitu. Lo ngambek sama gue, sok gak peduli, jutek kayak gue ada salah besar sama lo. Sekalinya ditanya ada apa jawabnya malah gak ada, baik-baik saja. Kiranya gue langsung paham di balik kata gak apa-apa begitu? Sama dukun saja sana yang tahu segalanya," jelasnya setengah kesal.

Tawa singkat itu keluar seraya menatap Henan penuh kejengkelan. "Memang gue ada ngomong kalau lo salah? Kok lo marah sama gue?"

"Gue gak marah, cuman tanya. Justru sikap lo yang kayak lagi marah ke gue," balas Henan.

"Kan gue sudah jawab gak ada apa-apa. Kenapa malah ungkit pasal cowok cewek? Gak jelas lo. Anak-anak banget pakai main sindir segala," cibir Gina.

Tukang bubur yang tengah melayani beberapa pelanggan lain hanya bisa mendengar dengan senyum penuh paksa. Yang lain, entah tengah membungkus maupun makan di tempat pun nampak tidak begitu peduli. Malah mereka menjadikan sepasang anak itu sebagai hiburan pagi.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Where stories live. Discover now