Bab 11. Mavi Ganteng, Gak Peka

35 18 77
                                    

Malam lagi santai-santainya Henan di kamar. Hari yang tidak ada kelas sama sekali, hari yang paling dinanti-nanti. Bangun jam sepuluh pagi, cuman mandi sore, makan, lepas itu nge-game. Malamnya makan makanan ringan dan tugas baru dia kerjakan. Siklus yang setiap hari dilakukan di hari bebas tanpa masuk kelas. Jari yang bergerak lincah di atas keyboard, bersama dengan mulutnya juga sibuk mengunyah. Telinganya disumbat sama hetset dan pintu kamarnya ditutup. Benar-benar waktu yang dia nikmati untuk diri sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul depalan lewat malam. Tugas yang dia tumpuk akhirnya sudah diselesaikan melebihi setengahnya. Memilih mengeluarkan layar jendela yang menampilkan kumpulan kewajiban yang belum selesai dan beralih pada file spesial yang dia beri nama 'Chan-Chan'.

Dari banyaknya tampilan episode video yang ditampilkan, jari telunjukkan melakukan peluncuran hingga berhenti pada barisan akhir. Menekan salah satu video di sana dan menunggu untuk mulai ditontoni.

Sebelumnya, Henan menekan tombol pause pada detik kesepuluh. Dirinya beranjak dari kursi hanya untuk memungut beberapa bungkus makanan ringan yang telah habis. Tiga kaleng minuman soda yang semuanya ditaruh dalam tempat sampah. Berlalu keluar kamar kos turun menuju dapur.

"Thilo, lo masak?" tanya Delio.

"Ho'oh. Capek perut gue makan delivery. Kebetulan ada uang sedikit, ya, gue beli sesuatu buat dimasak," jawab lelaki yang bernama Thilo itu. "Kenapa? Lo mau?" tanyanya.

"Kalau boleh, sih. Buatkan gue juga sekalian." Dan Delio hanya mendapat anggukan tanpa ditatap.

Henan yang sampai di bawah lantas membuka kulkas. Mengambil dua kaleng soda lagi dan satu bungkus jajanan ringan. Delio yang duduk di kursi meja makan hanya bisa menatap anak itu dalam diam sedangkan Thilo masih sibuk bertarung dengan kompor.

"Kebiasaan lo, Hen. Pantasan berat badan naik terus kalau kerjaan lo doyan ngemil," sahut Delio.

"Penting gue bahagia, Bang," jawab Henan. Sudah membuka satu kaleng minuman soda dan meneguknya nikmat. Mengundang decakan malas dari Delio.

Pandangannya beralih pada Thilo yang tengah memasukkan berbagai macam makanan ke dalam panci rebusannya.

"Bang Thilo tumben masak? Biasanya juga pesan lewat ojek makanan," ujarnya.

"Sakit perut gue pesan makan melulu," jawab Thilo tanpa menoleh ke arahnya.

Henan mendaratkan pantatnya pada kursi tepat di samping Delio. "Gue juga lapar, Bang. Sekalian boleh gak, nih?"

"Yailah, budak. Bilang saja duit lo habis karena kepakai beli boneka-boneka lo, kan?" sungut Delio.

"Abang sewot saja sama gue, dih!" balas Henan.

Ingin rasanya Delio memukul wajah songongnya dengan spatula panas bekas menggoreng telur. Biar muka anak di sampingnya ini jadi tambah gelap.

"Yaudah, ini kebetulan juga gue masak banyak. Sekalian saja kita makan rama-ramai. Panggil Mavi juga biar ikut makan."

Thilo berbalik dengan masakan sup yang dibuatnya ditaruh di atas meja. Asap yang masih mengepul menandakan makanan itu baru selesai masak, Henan meneguk ludahnya cepat.

"Panggil Mavi, Hen" suruh Delio.

"Dia masih sibuk ber-lovely-dovley sama gebetannya, Bang. Malas ganggu," tolaknya. Bahkan tangannya sudah lebih dulu meraih piring dan sepasang sendok garpu untuk makan.

Plak!

Henan mendesis.

"Gue bilang panggil, panggil," titah Thilo.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang