Namun sanji tak mendengarnya, dan malah berlalu begitu saja menuju kamar mandi.

Zoro dapat memperhatikan Sanji yang berjalan sedikit pincang dan itu Membuat hatinya sakit. Dirinya bermain terlalu kasar semalam.

Sanji memasuki kamar mandi dan segera mengunci pintu. Dirinya berjalan kearah Shower dan menghidupkannya.

Setelah itu dia berjongkok dan merangkul kedua kakinya. Air mata mengalir bersamaan dengan kucuran air yang membasahi tubuhnya.

Punggung Sanji bergetar menahan isakan. Dirinya berusaha kuat untuk tidak menangis. Namun mengingat semua yang telah dialaminya  membuatnya sulit untuk menahan itu semua.

Akhirnya dirinya hanya Pasrah dan melepaskan segalanya. Dirinya berharap air yang mengguyur kepalanya dapat sedikit menghilangkan beban dihatinya.

----------
Zoro berjalan mundar-mandir menunggu pintu kamar mandi terbuka.

Sudah satu jam berlalu dan Sanji tak kunjung keluar dari sana. Dapat dia dengar kucuran air dan isakan tangis dari dalam.

Tapi itu berlangsung 30 menit yang lalu. Dan sekarang dia tak mendengar apapun.

Dia mencoba tenang dan kembali duduk di atas ranjang. Dirinya masih menatap intens kearah pintu kamar mandi dan berharap pintu itu segera terbuka dan menampilkan sosok yang dikhawatirkannya.

15 menit berlalu dan masih tidak ada tanda-tanda Sanji akan keluar.

Dengan inisiatif, akhirnya dia mencoba beranjak dan mengetuk pintu tersebut.

"Tok... Tok.. Tokk Sanji" Ujarnya pelan.

Hening.

Tak ada jawaban.

Dia mengulanginya lagi sampai tiga kali, namun masih tidak ada jawaban.

Zoro mulai panik.

"Jika kau tak keluar, aku akan mendobrak pintunya" ujar Zoro yang sudah mengambil ancang-ancang.

1.....2.....3...brak

Dengan sekali gebrakan, pintu itu terbuka dengan Zoro yang sedikit terhuyung kedalam.

"Sanji?" Matanya mengedar mencari sosok Pria pirang itu.

Zoro bergegas menghampiri Sanji Saat menemukannya sedang terduduk Sambil memegangi lututnya,

"Sanji" Zoro mencoba mengguncang pundaknya perlahan namun tak ada jawaban.

Matanya mengedar mencari handuk, dan setelah menemukannya, dirinya langsung mengambil handuk tersebut dan menyematkannya di tubuh Sanji.

Sanji hanya diam, tapi saat Zoro mulai merangkulnya, akhirnya dirinya berkata.

"Untuk apa? "

Zoro bingung dan sedikit terkesiap saat Sanji membuka suara.

"Maksudmu? "

"Untuk apa melakukan ini. Bukannya kau sangat membenciku? " ujar Sanji dengan nada yang sangat datar. Seolah-olah dirinya sudah sangat lelah.

Sorot matanyapun hanya memancarkan kekosongan, seakan jiwanya sedang tak ada disini. Apalagi matanya yang sedikit merah, menandakan dirinya telah menangis.

"Sanji" Zoro berujar pelan lalu berhenti sejenak.

"Aku minta maaf" Lanjutnya.

Sanji tidak menjawab dan hanya tersenyum kecut.

"Aku benar-benar minta maaf" ulangnya lagi. Dan Sanji hanya menatapnya saja.

"Aku tak perlu kata maaf" Setelah mengatakan itu, Sanji mencoba bangkit dan berjalan meninggalkan Zoro.

"Tunggu" Zoro menggenggam tangan Sanji dan mencoba menahannya.

"Ayo kita ulang semuanya. Ayo kita mulai dari awal"

" Ulang?! Bahkan kita belum pernah memulai. Bukannya kau pernah bilang ini semua kesalahan" Sanji sengaja menekan kalimat terakhirnya .

"Aku tau. Tapi sekarang semua sudah tak sama. Aku rasaa.... Mungkin a-aku menyuka...imu? " Ujar Zoro, namun ada nada keraguan disana.

"Hahaha" Sanji sedikit tertawa, lalu berbalik dan menatap Zoro intens.

"Itu bukan suka Zoro. Itu hanya nafsu."

"Kau tau, tanpa sengaja inner-gender kita melakukan bond. Dan itu yang membuatmu tertarik padaku" Ujarnya.

"Kau mungkin akan merasakan itu juga, jika tidur dengan omega yang lain" Setelah itu Sanji berlalu dan meninggalkan Zoro sendirian di kamar mandi.

"Mungkin dia benar" batinnya.

Namun ada sedikit rasa yang mengganjal di hatinya. Saat Sanji mengatakan bahwa itu hanya nafsu, entah mengapa hatinya tak terima.

"Aku harus membuktikannya, aku harus mengetahui perasaan apa ini" Ujarnya pelan dan penuh semangat.

Akhirnya dia memutuskan, dia harus mengetahui perasaannya yang sesungguhnya. Dia akan berusaha mendekati Sanji dan berusaha menarik perhatiannya.

Jika ini semua hanya nafsu, kedekatannya dengan Sanji tak akan berarti apa-apa. Lalu dia akan mundur dan menjauhinya. Sama seperti dirinya dulu.

Tapi....

Bagaimana dengan sebaliknya?

Apa yang akan dilakukannya jika dirinya benar-benar menyukai Sanji?

Bukankah itu bagus?

Dan saat ini, dirinya sama sekali tak mengingat kalau dirinya telah mempunyai kekasih.

Tentu saja pudding tak akan tinggal diam.

.
.
.
.
.
.
Tbc

-------
Serius, ini chap jelek bgt. Jadi maklumim aja ya 🙃

Unwanted (End) Where stories live. Discover now