Mereka masuk dan seorang pramugari cantik dan seksi menyambut mereka dengan ramah.

"Selamat siang tuan-tuan. Mari saya arahkan ke kursi anda. " Ujar pramugari tersebut dengan badan setengah membungkuk.

Setelah itu dia berjalan duluan dan mereka mengikutinya.

"Sebelah sini, tempat duduk untuk tuan Zoro dan sebelah sini tempat duduk untuk tuan... "

"Sanji, panggil aku sanji" Sanji menjawab cepat saat tau kalau wanita ini mungkin tidak mengenalnya.

"Ahh maafkan saya tuan Sanji. Silahkan duduk."

Wanita itu, berbicara sopan dan mempersilahkan keduanya untuk duduk.

"Pesawat akan segera lepas landas. Diharapkan kepada Tuan-tuan untuk memakai sabuk pengaman." Wanita itu berbicara sambil menunjuk ke sabuk yang berada di kursi mereka

Penerbangan ini cukup menakutkan bagi Sanji, karena dari tadi dia belum juga membuka matanya.

Dahinya mengeluarkan keringat dan tangannya masih mencengkram lengan kursi dengan sangat erat.

Dirinya sedang merapalkan mantra dan membaca doa-doa, saat suara Zoro memecahkan pikirannya

"Lepaskan genggamanmu. Kita sudah lepas landas, tak ada yang perlu kau takutkan" Ujar Zoro yang sekarang sedang menatap Sanji.

Perlahan Sanji membuka matanya dan merenggangkan genggamannya. Dirinya menghembuskan nafas perlahan saat dirasanya tidak lagi ada guncangan yang berarti.

"Hah... Syukurlah, ini pengalaman yang sangat menakutkan" ujarnya pelan.

Mendengar itu Zoro tiba-tiba bertanya "ini penerbangan pertamamu? "

Sanji mengangguk "tentu saja"

"Apa kau selalu mengeluarkan pheromone saat kau ketakutan? " tanyanya lagi.

"Ti-tidak.. Apa.. " Sanji tidak menyelesaikan perkataannya saat dirinya sadar akan sesuatu.

Dirinya Buru-buru membuka sabuk pengaman dan bangkit dari kursi.

"Dimana toiletnya" ujarnya sambil menatap Zoro intens tapi penuh kegugupan.

"Disana" Zoro menunjuk arah belakang.

"Tapi kau mau kemana? " Zoro menahan tangan Sanji saat pria itu akan berlalu.

"lepaskan" Hempas Sanji kasar dan langsung berlalu kearah yang di tunjuk Zoro tadi.

Zoro bingung dan hanya bisa mimijat dahinya. "Dia benar-benar aneh dan membuatku pusing" Batinnya.

Jujur saja, karena menciun aroma pheromone yang di keluarkan Sanji membuat kepalanya pusing dan tengkuknya berkeringat.

"Kendalikan dirimu" Zoro terus merapalkan kalimat itu dalam hatinya.

Sementara di kamar mandi, Sanji dengan terengah-engah mengatur nafasnya.

Tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin dan nafasnya semakin memberat.

Kepalanya pusing dan pandangannya berkunang. Apalagi sekarang celananya terasa begitu sesak.

Di tambah cairan yang sudah mulai keluar dari bagian belakangnya.

"Sial" ujarnya cepat.

Dengan tangan bergetar dirinya mengambil beberapa butir obat suppressant dan menelannya dibantu dengan air dari keran wastafel.

"Tidak bisa. Ini sudah sangat terlambat. Walaupun aku menelan 10 butir obat sekaligus. Heatiu tidak akan hilang begitu saja" Batin Sanji berkata.

Namun apa lagi yang bisa dia lakukan. Saat ini dia sedang berada di pesawat yang mengarah ke antah berantah. Dirinya tak tau kemana Zoro akan pergi.

Situasi ini sangat tidak menguntungkan baginya.

Dirinya tidak bisa kabur dan tidak akan cukup kuat membela diri jika Zoro menyerangnya.

"Sila sial sial aku tak mau kejadian malam itu terulang lagi" Ujarnya sambil sesekali memukul pinggir westafel.

Pukulan yang dia hasilkan cukup kuat untuk terdengar oleh pramugari pesawat.

"Tuan... Ada yang bisa saya bantu" Tanya sang pramugari dari luar kabin toilet.

Sanji tidak menjawab dan berharap wanita tersebut untuk segera pergi karena dia berencana akan tetap berada didalam sampai pesawat mendarat.

"Tok.. Tok.. Tok.. Tuan" ujar sang pramugari itu lagi.

Sanji masih diam.

Untuk ketiga kalinya pramugari itu mengetuk dan tak mendapat jawaban dari Sanji.

"Biar aku saja" ujar sebuah suara yang sangat Sanji kenal.

"Tidakk.. Jangan dia" Batinnya berteriak.

"jangan kemari" Sanji masih berharap  itu bukan suara dari Zoro.

"Mau sampai kapan kau disitu? " Tanya Zoro karena Sanji sama sekali tak merespon.

"Kalau kau tidak keluar, aku akan menurunkanmu di tengah hutan rimba" Ujarnya.

Dan dengan cepat Sanji membuka pintu.

"jangan.. Kau tidak bi... "

Sanji belum sempat melanjutkan kata-katanya saat sebuah selimut yang sangat tebal dan lebar menutupi hampir seluruh tubuhnya.

"Sembunyikan tubuhmu, kau membuat semua orang di pesawat ini merasa tidak nyaman" Ujar Zoro.

Mendengar itu, Sanji hanya diam dan tidak berkutik.

Zoro merangkul kedua bahu Sanji dan meletakan tangan yang satunya di bawah lututnya.

Dia tak berkata apapun saat dirinya mulai menggangkat tubuh dari Pria pirang tersebut.

Sanji kaget, namun tak berkata apapun.

Zoro kembali duduk ke kursinya dengan Sanji yang masih berada di pelukannya.

Sanji diam dan mulai merasa tenang saat mencium aroma tubuh dari Suaminya itu.

"Tidurlah, perjalanan tak akan berlangsung lama"

Bagai sebuah sihir, suara husky milik Zoro berhasil membuat Sanji terlelap ke alam mimpinya.

.
.
.
.
.
.
.

Tbc

Unwanted (End) Where stories live. Discover now