26. Perpisahan dan Awalan

55 11 2
                                    

⠀⠀Dua hari ini, Lara berjalan di atas awan. Moodnya sangat baik, dan kegiatan ekskursi pun terasa sangaaaat menyenangkan.

⠀⠀Di hari kedua, rombongan menuju Taman Kertha Gosa untuk melihat balai pengadilan dan lukisan langit-langitnya yang spektakuler. Dilanjutkan dengan ke Pura Gunung Kawi, yang dipahat langsung ke tebing batu. Lara membuat satu lukisan disini.

⠀⠀Hari ketiga, belanja oleh-oleh di Sukawati, lalu menuju sebuah desa di daerah Peliatan. Mengikuti workshop yang seru, mulai dari membuat penjor sampai melukis dan memahat. Lara si Mageran memilih ikut membuat penjor, kemudian saat penjornya sudah selesai, ia nimbrung anak-anak desa yang latihan gamelan dan menari di banjar. Sudah lama Lara tidak menari Bali, tapi ternyata dia masih ingat gerak dan ketukannya. Mengalir saja, seolah tubuhnya sudah tahu apa yang harus dilakukan sebelum otaknya berpikir.

⠀⠀Sore-sore, rombongan dengan kaus merah terang bergambar Petruk dan tulisan BALIKJ berkumpul di panggung terbuka yang terdapat di depan Pura Dalem Desa, untuk workshop tari kecak. Seru dan lucu karena selalu saja ada yang salah hitungan.

⠀⠀Sayangnya, workshop itu harus bubar mendadak karena hujan yang tiba-tiba turun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⠀⠀Sayangnya, workshop itu harus bubar mendadak karena hujan yang tiba-tiba turun. Semua berlarian, termasuk Lara yang tidak bawa jaket atau apapun untuk menutupi kepala.

⠀⠀"Ra, sini Ra!" terdengar seruan yang sudah sangat Lara kenal. Ia mendongak, menemukan Nakula berderap ke arahnya, jaket laki-laki itu dibentangkan di atas kepala. Tanpa pikir panjang—yang penting menyelamatkan diri—Lara masuk ke bawah jaket Nakula, merapat pada laki-laki itu saat mereka berlari melintasi lapangan menuju tempat anak-anak IKJ berteduh di banjar.

⠀⠀Dan Lara baru sadar betapa menggelikannya adegan itu saat ia melihat ponsel-ponsel anak Barbar tertuju ke arahnya, ditambah Indri—yang kepalanya bertunas—menyanyi keras-keras.

⠀⠀"Byeol bichi naerindaaaa~!"

⠀⠀"Shalalalalalalaa~" koor yang lain kompak.

⠀⠀Nakula tertawa di belakang Lara, memastikan gadis itu aman di bawah atap banjar sebelum menurunkan jaket dan mengibas sisa airnya. "Gak jelas lu semua."

⠀⠀"Abang sama Lara udah kayak drama Korea, tau," celetuk Rio, cengar-cengir sambil menyikut Dhika, "nyesel gak Dhik langsung kabur? Aturan tadi lu masih sempet tuh nawarin jaket ke Lara."

⠀⠀"Udeeeh jangan kompor!" sembur Dhika bete.

⠀⠀"Wah, makin sengit aja nih," Ridho menimpali dari balik tiang, duduk bersama Sadewa, "gimana Mas Dewa tanggapannya?"

⠀⠀"Lu juga diem deh, Dho."

⠀⠀Seperti biasa, Lara memutuskan untuk tidak ambil pusing dan duduk merapat pada Pau dan Raina di pojokan. Harusnya tadi dia bawa jaket atau minimal almet, seperti Raina.

⠀⠀Di sebelah Lara, Pau berbisik, "waiting list-nya panjang ya, Ra."

⠀⠀"Pau!" Lara berdesis, menahan tawa.

XOXO, Lara ParkWhere stories live. Discover now