23. Efek Kangen?

51 14 0
                                    

⠀⠀Rombongan PDSR IKJ menyeberang dari Pelabuhan Ketapang pada sore hari, dan begitu menginjakkan kaki di Gilimanuk, hujan tipis-tipis menyambut mereka.

⠀⠀Lara lega saat ia bisa kembali duduk nyaman di bus. Tadi, sepanjang penyeberangan, tentu saja anak-anak Barbar harus dangdutan, lengkap pakai joget-joget dan saweran segala. Abe, Bani, dan Figar yang menjadi biduannya. Karena itu, turun dari kapal, Lara sudah capek, dan diperparah dengan mereka harus berlari menembus hujan untuk masuk ke bus. Sambil mengatur nafas, Lara mengetik pesan untuk Naren.

박라라
(photo.jpg)
Gue udah sampe Baliiiiii uwuwuw

오나렌
Yeeeey
Gue juga udah, seperti yang gue janjikan ㅋㅋ
Btw sori ya La, kemaren gue tepar jadi gak bales-bales chat

박라라
Tepar? Kenapa??? Lu sakit?

오나렌
Sedikit, kecapekan abis ikut Bang Aldo motret event
Tapi nyokap udah cekokin Paracetamol terus gue tidur seharian, sekarang dah mendingan

박라라
Aa… eotteoke ㅠㅠ apeujima ㅠㅠㅠㅠㅠㅠ

오나렌
Imi gwaenchana, jinjja

⠀⠀Bibir Lara tertekuk ke bawah. Naren tepar dan masih terbang ke Bali untuk menyusulnya. Kok, tiba-tiba dia merasa tidak enak hati ya? Padahal biasanya Lara tega-tega saja menyuruh Naren melakukan apapun untuknya. Tapi membayangkan sahabatnya itu belum benar-benar sembuh namun tetap ke Bali hanya karena dia tahu Lara takut pergi sendirian tanpa keluarga…

⠀⠀Baru Lara sadari, itulah Narendra Oh, yang selalu tahu apa yang Lara butuhkan, tanpa perlu kata-kata atau tindakan manis.

⠀⠀"Mbak, Mbak. Ongkosnya ya Mbak."

⠀⠀Kepala Lara terangkat, pada Abe yang mengulurkan tangan, telapaknya penuh koin recehan. Otomatis, Lara tertawa geli. Abe itu, tampilannya persis seperti preman-preman di sinetron. Badan tinggi besar, brewokan, kaus hitam butut lengkap dengan rompi belel, celana jeans sobek-sobek dan ikat pinggang dengan rantai-rantai menggantung. Tapi saat berbicara, nadanya halus dan hatinya baik. Bahkan kalau di rumah, ibunya memanggil Abe dengan 'Neng'.

⠀⠀"Aduh, maap Bang. Lupa bawa dompet. Bayar pake cinta dan kasih sayang aja boleh gak?" canda Lara.

⠀⠀Abe cengengesan. "Gak usah Mbak, bayar pake senyum manis aja, saya ikhlas."

⠀⠀Kemudian, laki-laki itu kembali berjalan menyusuri lorong, menagih ongkos pada anak-anak yang lain sambil sesekali berseru, "Nabang-Slipi, Nabang-Slipi!"

⠀⠀Di sebelah Lara, Raina cekikikan, "orang kalo gak kenal Abe pasti langsung ngasih ongkos tuh, dikira preman."

⠀⠀"Iya bener." Pau menyetujui. "Aku pertama liat Abe juga kaget. Tapi begitu dia ngomong, ya ampuuun, si Eneng."

⠀⠀Mereka mengobrol lagi, sebelum Raina mulai terkantuk-kantuk. Kalau sudah begini, dipastikan gadis itu akan tidur pulas selama lebih dari setengah perjalanan menuju Kuta. Lara dan Pau berpandangan, bertukar cengiran. Sudah mulai hafal kebiasaan Raina.

⠀⠀Perjalanan menyusuri Pulau Bali dari Barat ke Selatan sebenarnya menarik, tapi Lara sudah lelah setelah dua hari hanya duduk di dalam bus. Ia memeluk boneka Doraemonnya erat-erat, berharap mereka bisa menggunakan Pintu Kemana Saja untuk sampai ke hotel detik ini juga.

⠀⠀Hari sudah malam saat akhirnya bus berhenti di depan hotel yang akan mereka tempati. Hotel untuk mahasiswa dan mahasiswi dipisah, tapi letaknya berdekatan. Karena satu kamar diisi empat orang, Lara, Raina, dan Pau merekrut satu orang lagi untuk menempati kamar mereka—Melani alias Mela, teman semeja Pau.

XOXO, Lara ParkWhere stories live. Discover now