6. Prapatan

88 21 4
                                    

⠀⠀"Dicatet ya. Ini yang harus dibawa setiap kelas kita," ujar Mas Itang, dosen Gambar Bentuk, setelah selesai menulis di whiteboard, "ada yang mau nanya?"

⠀⠀"Mas." Figar mengangkat tangan.

⠀⠀"Ya, mau tanya apa kamu, Figar Junior?"

⠀⠀"Boleh gak saya aja yang nulis di whiteboard? Tulisan Mas Itang jelek banget, susah bacanya."

⠀⠀Sontak, Lara dan teman-teman sekelasnya tertawa. Baru beberapa hari mereka resmi melaksanakan perkuliahan, tapi sudah terlihat bahwa Figar adalah tipe mahasiswa yang akan mengacaukan kelas dengan celetukan-celetukan kocaknya. Sebenarnya, bukan hanya Figar, sih. Entah ini nasib sial atau untung, anak-anak di Kelas B yang Lara tempati ini memang 'agak-agak'. Apalagi, Lara duduk tepat di antara surga dan neraka : cewek-cewek rajin di depan mejanya, dan cowok-cowok blangsak di belakang, termasuk Figar yang persis duduk di belakang Lara.

 Apalagi, Lara duduk tepat di antara surga dan neraka : cewek-cewek rajin di depan mejanya, dan cowok-cowok blangsak di belakang, termasuk Figar yang persis duduk di belakang Lara

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

⠀⠀Mendengar celetukan Figar tadi, Mas Itang geleng-geleng. "Yaudah saya bacain aja. Catet ya. Pensil 2B sampe 8B, kertas A3 plus, beli di koperasi aja A3+ nya. Terus… minggu depan bawa kubus dari karton ukuran 20 kali 20 senti."

⠀⠀Lara menuliskan semuanya di buku catatan, tidak ingin ada yang kelupaan. Di sebelahnya, Raina juga melakukan hal yang sama. Meski prodi tujuan mereka berbeda, mereka memang sekelas. Karena, di semester 1 ini, seluruh maba FSR masih disatukan dalam PDSR—Pendidikan Dasar Seni Rupa. Selama satu semester, mereka akan digembleng habis-habisan untuk menggambar. Gambar anatomi, gambar bentuk, gambar dasar. Juga keilmuan tentang dasar-dasar seni dan sejarahnya. Nanti, di semester 2, barulah mereka mulai dipisah sesuai prodi masing-masing.

⠀⠀Ada empat kelas PDSR; A, B, C, dan D. Seperti kata Mama waktu PKKMB kemarin, Lara mendapat ruang kelas di belakang gedung rektorat, sebelahan dengan Kelas A. Sementara, untuk C dan D kelasnya di lantai satu Galeri Seni Rupa.

⠀⠀Masalahnya, walaupun tetanggaan, Kelas A dan Kelas B seperti bumi dan langit. Kalau Kelas B hobinya mengobrol, teriak-teriak dan main ejek-ejekan, kelas A adalah tipe kelas yang selalu rapi dan hening.

⠀⠀Baru saja tadi pagi, Rio masuk kelas dengan wajah horor.

⠀⠀"Gue abis mampir kelas A," ia bercerita di tengah kelas, "terus gue panik karena semuanya duduk rapi ngadep depan. Kirain udah ada dosen, taunya nggak ada dong!"

⠀⠀Saat itu, anak-anak Kelas B tertawa geli. Karena, kalau di kelas mereka, mustahil gak ada dosen bisa duduk rapi. Mulai dari yang duduk di atas meja sampai tiduran di lantai, dengan arah hadap ke depan, belakang, samping, hingga delapan arah mata angin sesuka mereka, dilengkapi mulut yang tak henti ngobrol atau nyemil.

⠀⠀Setelah mengumumkan yang harus dibawa tadi, Mas Itang menyuruh Bani—ketua kelas—ke koperasi dan membeli kertas A3+ untuk hari ini.

⠀⠀"Wah, kayaknya banyak ya yang mesti dibeli," ujar Raina, sambil menunggu Bani kembali, "kemaren, buat Pengetahuan Warna juga harus beli cat poster sama kuas. Gambar dasar, butuh drawing pen sama papan. Terus sketchbook buat Anatomi…"

XOXO, Lara ParkHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin