1. Anak Seni

212 32 8
                                    

⠀⠀"Nanti banyak temen Mama di sana kok, Dek. Kalo ada apa-apa bisa minta tolong mereka," Mama berceloteh riang, sementara Papa duduk di sebelahnya, tersenyum lebar sambil mengendarai Mercedes G65 hitam mengkilat yang diberi nama si Ganteng.

⠀⠀Lara ikut tersenyum mendengar rentetan kata dari Mama yang tidak kunjung habis. Dia jadi semakin bersemangat untuk hari pertamanya sebagai mahasiswa baru di IKJ.

⠀⠀Yup, IKJ. Institut Kesenian Jakarta.

⠀⠀Rasa-rasanya, hampir semua keluarga dekat Lara berkuliah di IKJ. Dimulai dari Mama, Abang Sena—kakaknya Lara, atau Om Ryu—kakaknya Mama. Hanya Papa yang beda sendiri, itu juga karena Papa kuliah di Korea. Kalau Papa lahir di Indonesia, mungkin dia juga akan menjadi anak IKJ.

⠀⠀Kalau dilihat-lihat, keluarga Lara memang cocok berada di sini. Darah seni mengalir deras di nadi mereka. Mama pelukis dan fashion designer. Papa produser musik. Bang Sena mendapat kombinasi keduanya : dia hobi melukis seperti Mama, tapi juga jenius musik seperti Papa. Bahkan Abang mengambil jurusan Musik selama kuliah.

⠀⠀Lara juga suka melukis, kadang-kadang. Dia tahu skill-nya untuk itu sangat mumpuni. Tapi, dia lebih tertarik pada menjahit, seperti Mama. Karena itulah dia mengambil jurusan Desain Mode di IKJ. Dia ingin mengikuti jejak Mama.

⠀⠀"Dek? Hei, malah bengong. Udah mau sampe nih, perhatiin jalannya!"

⠀⠀"Hah? Oh, iya." Lara mengerjap kaget, menuruti perintah Papa. Memperhatikan jalan yang diambil agar dia tidak kebingungan saat berangkat sendiri nanti. Pasalnya, walaupun terletak di area Taman Ismail Marzuki, lebih umum bagi mahasiswa untuk ke kampus lewat gerbang belakang.

⠀⠀"Pokoknya, setelah lampu merah langsung belok kiri," Mama menjelaskan, "nah ini namanya Kalipasir. Kalpas. Tinggal ikutin jalan aja kok. Terus nanti pulangnya kita lewat Raden Saleh biar kamu tau juga."

⠀⠀"Oke, oke."

⠀⠀Semakin mendekati gerbang kampus, tiba-tiba Lara malah merasa perutnya mulas. Nervous. Apakah kehidupan kampusnya akan menyenangkan, seperti apa yang Mama ceritakan? Mama bahkan tidak henti menunjuk kesana-kemari dan bercerita ini-itu. Kehidupan Mama sewaktu ngampus sepertinya sangat seru. Dan seingat Lara, Bang Sena juga selalu bersemangat kalau sudah bercerita tentang kampus mereka itu. Kampus yang mereka hina-hina tapi tak ayal tetap menjadi kebanggaan tersendiri.

⠀⠀"Jaman Mama dulu tuh, baru abis renovasi," Mama bercerita lagi, "aduh ancur banget itu gedung isinya puing-puing, kantin juga seada-adanya di kolong gedung C. Air kerannya kadang warna coklat. Lift rusak mulu. Tapi sekarang udah rapi, kok. Jauh lebih bagus daripada dulu."

⠀⠀Ya, Lara sudah melihat foto-foto zaman kuliah Mama. Dan jika dibandingkan dengan keadaan kampus yang kemarin dia tengok saat tes masuk, memang sudah lebih bagus. Tapi, tetap ada satu hal yang tak berbeda, yaitu atmosfernya. Seperti ada semangat berkesenian dan kebebasan yang kental di udara.

⠀⠀"Ini kan ya gerbangnya?" Papa melongok, sebelum membelokkan mobil. Beberapa orang yang berdiri di dekat gerbang menoleh, mungkin sedang bingung dengan tampilan mobil Papa yang agak berlebihan untuk muncul di tempat seperti IKJ.

⠀⠀"Iya, ini. Nanti depan sana parkirannya, Bang." Mama menunjukkan jalan.

⠀⠀Papa mengangguk, membawa mobil ke parkiran yang berada tepat di sebelah Teater Jakarta. Setelah mendapat parkir, mereka bersiap turun. Jantung Lara semakin bertalu.

⠀⠀"Yuk, Dek," ajak Mama, memasukkan berkas ke dalam book tote Dior. Hari ini, Mama juga ada urusan di akademik Seni Rupa, katanya. Gosip-gosip dari Papa sih, Mama memang ditawarkan menjadi dosen, tapi entahlah kesempatan itu diambil atau tidak.

XOXO, Lara ParkWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu