11. Roro Jonggrang

60 18 0
                                    

⠀⠀"Pengumuman, pengumuman!" Bani, ketua kelas B, memukul-mukul tempat pensil kaleng di dekat meja dosen. Bunyi teng teng teng kerasnya membuat semua orang menoleh, menghentikan segala macam gibahan. Ketika yakin semua sudah mendengarkan, Bani berbicara lagi.

⠀⠀"Mas Riza barusan ngechat gue, hari ini kita Gamdas di Tugu Tani! Ditunggu di kampus sampe jam dua seperti biasa!"

⠀⠀"Tugu Tani banget nih?" keluh Raina keras, "dekil deh mukaku kena knalpot!"

⠀⠀"Harusnya tadi gue bawa face shield dari rumah!" Michelle menyetujui.

⠀⠀Bani meringis. "Iya iya, nanti gue bagiin plastik kresek satu-satu, buat bungkus muka lo pada. Nih masalahnya, gimana kalo kesananya kita jalan kaki aja rame-rame? Biar gak pada mencar-mencar. Gue gak mau ada cerita Letto sama Abe nyasar lagi kayak kemaren di Jalan Surabaya!"

⠀⠀"Ah itu mah bukan nyasar, Ban. Letto sama Abe diumpetin jin," celetuk Lara, mata fokus ke compact mirror untuk merapikan lipstik burgundy-nya.

⠀⠀"Badan segede bagong gitu diumpetin jin? Jin juga berat bawanya!" Figar menyahut.

⠀⠀Begitu tawa anak-anak Barbar reda, Bani kembali berbicara. "Mau diumpetin jin kek, diculik wewe gombel kek, makanya kita jalannya bareng-bareng. Kan kalian-kalian banyak juga yang belom paham daerah sini. Gimana? Mau gak nih! Keburu kesiangan!"

⠀⠀"Yaudah, yaudah, ayok!" Rio berdiri, mencangklong ranselnya.

⠀⠀"Tar dulu, sebelom berangkat, mari kita menundukkan kepala dan membaca doa sejenak demi keselamatan perjalanan!"

⠀⠀Bani memimpin doa, dan beberapa saat kelas hening. Hingga akhirnya Bani mengusap wajah sekilas. "Selesai! Ingat, siapa kita?"

⠀⠀"BARBAR!" seluruh kelas menjawab.

⠀⠀"Kurang keras! SIAPA KITAA?"

⠀⠀"BARBAR!!!"

⠀⠀Bani mengepalkan tangan ke atas. "MERDE—"

⠀⠀BUG, BUG, BUG!!!

⠀⠀Terdengar suara gedoran keras dari dinding triplek yang membatasi kelas B dengan kelas A, disusul seruan teredam dari kelas sebelah.

⠀⠀"Woi, disini ada dosen!"

⠀⠀Baru sampai Tugu Tani, belum mulai gambar, Lara sudah lonyot. Hawa Jakarta yang panas luar biasa, ditambah jalan kaki lumayan jauh (menurut standar Lara yang mau ke depan komplek aja minta naik motor) tentu adalah kombinasi dahsyat untuk melelehkan diri. Mungkin Lara bisa menceplok telur di atas aspal. Jangankan matang, bisa jadi telurnya malah gosong.

⠀⠀"Ra, sini aja Ra." Raina menepuk-nepuk trotoar di sebelahnya. Gadis itu sudah duduk bersila, papan gambar di pangkuan. Dari titik ini, Lara mendapat angle Tugu Tani persis dari tengah belakang, dengan background gedung-gedung perkantoran. Di seberang mereka, beberapa anak Barbar sudah mulai melukis, satu papan gambar ditegakkan di trotoar dengan 'MAAF PERJALANAN ANDA TERGANGGU, KAMI SEDANG BERKARYA' tertulis menggunakan spidol tebal.

⠀⠀Lara langsung duduk di sebelah Raina, menyiapkan papan gambar dan tinta cina. Setelah gamdas dengan drawing pen, mereka mulai beralih ke tinta cina, sebelum nanti menggunakan cat air di akhir-akhir semester. Sebenarnya, Lara sangat lega karena dia bisa menggunakan kuas. Menggambar dengan pen bukanlah kekuatannya. Dia jauh lebih percaya diri dengan kuas. Tinta cina juga menjadi tantangan yang menyenangkan—mengeksplor takaran air dan tinta di palet untuk mendapatkan shade yang dia inginkan. Seperti membuat sebuah foto grayscale : hanya ada warna abu-abu, dari yang paling tipis hingga yang paling gelap.

XOXO, Lara ParkWhere stories live. Discover now